Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental turut menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, penting bagi suatu institusi untuk memiliki pihak yang dapat mengedukasi sekaligus mendampingi orang-orang di dalamnya dalam bidang kesehatan mental.
Hal ini tidak terkecuali di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terkenal sebagai kampus teknik.
ITB memiliki organisasi kemahasiswaan yang berfokus pada kesehatan mental mahasiswanya, yaitu Kementerian Edukasi dan Pendampingan Kesehatan Mental (EPKM), Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB.
Baru-baru ini, tepatnya pada Minggu, 6 November 2022 di Auditorium CC Timur ITB dan live streaming melalui youtube KM ITB, Kementerian EPKM menyelenggarakan sebuah talkshow untuk memperingati Bulan Kesehatan Mental Dunia yang jatuh pada bulan Oktober lalu.
Acara yang berkolaborasi dengan DITMAWA ITB ini mengusung judul “Talkshow ‘CARE’ x DITMAWA ITB” dengan tema Finding Our Passion.
Dipandu oleh Jovian Oliver M. S. (Mahasiswa Teknik Dirgantara ITB) sebagai moderator, talkshow ini mendatangkan tiga narasumber dengan latar belakang berbeda, yaitu Dra. Isriana, Psi. (Psikolog BK ITB), Dr. Ayu Prasetia, SPKJ., MMRS. (Psikiater RS Muhammadiyah Bandung), dan Altito Apprizal (Mahasiswa Teknik Industri ITB).
Acara Dibagi Menjadi Dua Sesi
Acara ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi talkshow dan Q&A yang dilaksanakan selama kurang lebih dua jam.
Selama sesi talkshow, ketiga narasumber membahas mengenai pentingnya mengenali passion di lingkungan mahasiswa, bagaimana cara mengenali passion, hingga menceritakan pengalaman para narasumber dalam menemukan passion mereka.
Menurut para narasumber, passion adalah ketertarikan atau kecintaan kita terhadap suatu hal yang rela dilakukan tanpa mengharapkan adanya imbalan.
Hal ini berbeda dengan bakat ataupun minat.
Setiap orang terlahir dengan minat dan bakat tertentu.
Namun, tidak banyak orang menyadari dan memanfaatkan bakat tersebut secara maksimal.
“Bakat, minat, dan passion itu berbeda. Kalau diibaratkan sebagai anak tangga, paling bawah itu bakat, tengah minat, paling atas passion. Bakat itu dibawa dari lahir, tetapi terkadang kita tidak menyadari bakat tersebut. Minat merupakan sesuatu yang kita sukai dan membuat kita bahagia sehingga terkadang mengorbankan diri sendiri. Passion merupakan gabungan dari motivasi dan emosi, sesuatu yang menggerakan kecintaan kita terhadap suatu hal. Idealnya passion merupakan gabungan dari bakat dan minat,” jawab Bu Ira saat ditanyai mengenai perbedaan dari bakat, minat, dan passion.
Dalam kasus mahasiswa, isu salah jurusan seringkali digadang-gadang sebagai kambing hitam dalam kondisi sulitnya menemukan passion di lingkungan mahasiswa.
Menurut para narasumber, kita dapat menemukan passion dengan beberapa cara, misalnya mengeksplorasi hal baru, sering meng-improve diri, membuat tujuan/arah hidup, memilih lingkungan yang passionate, dan melihat ke dalam serta mencintai diri sendiri.
Melalui minat dan bakat yang dimiliki, kita juga dapat mengenali diri kita.
Hal tersebut berperan besar dalam menemukan passion kita.
Acara ditutup dengan sesi pemberian penghargaan dan dokumentasi bersama para narasumber.
Talkshow yang kembali diadakan secara luring setelah sekian lama ini pun berakhir dengan sukses.
Sekalipun dilaksanakan dalam kondisi cuaca kurang baik, partisipan tetap menghadiri talkshow dengan semangat.
Hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah partisipan yang mengikuti acara, yaitu 52 orang secara luring dan 108 orang secara daring. (*/Nis)