BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Lurah Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar mengajukan program Padat Karya kepada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung. Hal itu karena angka pengangguran tinggi dan kondisi infrastruktur yang semakin memprihatinkan,
“Jadi dari angka usia produktif di kelurahan kami, yang jumlahnya sekitar 17 ribu, seribu di antaranya adalah pengangguran,” ujar Lurah Pelindung Hewan Hendra Yulianto kepada wartawan, dalam acara pembukaan Program Padat Karya tahap I di Kantor Kelurahan Pelindung Hewan, Rabu (22/2/2023).
Selain itu, Hendra juga mengatakan, kondisi infrastruktur di wilayah Pelindung Hewan memang cukup memprihatinkan. Terutama terkait drainase yang sedimentasinya cukup tinggi. Sehingga menyebabkan banjir jika ada hujan.
“Di kawasan inhoftank tuh, kalau hujan sebentar saja, sudah bisa menyebabkan banjir,” terangnya.
Dengan digelarnya program padat karya ini, Hendra mengatakan, bisa menyerap 50 orang pengangguran di wilayahnya. Orang-orang yang direkrut adalah mereka yang sebelumnya tidak dilibatkan dalam program padat karya tahun sebelumnya.
“Ya kami mengajukan peserta sebanyak 50 orang, karena ingin tahu dulu kesanggupan anggaran Dinasker sampai sejauh mana. Ternyata, Alhamdulillah, penngajuan kami di ACC semua,” katanya.
Camat Astana Anyar Apresiasi
Ditemui di tempat yang sama, Camat Astana Anyar Syukur Sabar mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan padat karya ini.
“Kegiatan ini, kan sangat bermanfaat bagi warga, karena mereka mendapat honor untuk 10 hari kerja. Di sisi lain, lingkungan juga jadi lebih terjaga,” ternagnya.
Untuk kegiatan padat karya kali ini, Syukur mengatakan warga akan menyasar 5 titik untuk dibersihkan. Ke lima titik gersebut diantaranya, Jalan BKR, Inhoftank dan beberapa pemukiman warga.
“Kalau ke lima titik itu sudah dibersihkan oleh warga dalam program padat karya, untuk pemeliharannya, menjadi tugas petugas Gober,” tuturnya.
Hanya saja, Syukur mengatakan, pihaknya memang kesulitan membuang limbah drainase yang berupa sedimen.
“Selama ini untuk membuang sedimen, kami bekerja sama dengan DSABM. Karena mereka yang bisa membuang sedimen,” tambahnya.
Kesulitan ini, lanjut Syukur, karena limbah yang dibuang dari pekerjaan padat karya ini, bukan merupakan sampah. Melainkan limbah dari aliran air, baik itu sungai atapun drainase.
“Kalau bentuknya sampah, kita mungkin bisa membuang ke TPA. Tapi karena bentuknya sedimen, sehingga sulit untuk membuangnya. Tapi, nanti kita alan mencari solusi untuk membuang limbah ini,” jelasnya. (put)