BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pasca pandemi Covid-19, ekonomi kreatif berkembang begitu pesat termsuk di Kota Bandung. Sayangnya masih banyak kendala yang dihadapi dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
“Mungkin ini memang kesalahan pemerintah yang kurang melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap dunia ekonomi kreatif. Sehingga ekonomi kreatif sulit berkembang,” ujar Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa, yang ditemui dalam Bimbingan Teknis Pariwisata, Fusngsional Product Package, di Karang Setra Hotel and Colage, Kota Bandung, Selasa (24/10/2023).
Salah satu yang menjadi kendala dalam perkembangannya di Kota Bandung adalah ada dua SKPD yang membawahinya. Sehingga agak sulit untuk sinkronisasi, yang pada gilirannya menjadi penghambat berkembangnya ekonomi kreatif.
“Di samping itu, pemerintah kurang melakukan sosiaslisasi dan pendampingan. Mungkin pendampingan sudah ada, namun hasilnya belum maksimal,” tuturnya.
Untuk itu, sebagai anggota Komisi X DPR RI yang salah satunya membidangi masalah pariwisata, Ledia merasa berkewajiban melakukan pendampingan kepada pelaku ekonomi keratif, yang menjadi sub kreatif pariwisata adalah UMKM yang bergerak di bidang makanan.
“Untuk itu, sekarang kita melakukan bimbingan teknis kepada para pelaku UMKM agar bisa melakukan pengemasan yang tepat sesuai dengan produk makanannya,” jelas Ledia.
Kemasan Sangat Penting
Pasalnya, dalam pemasaran produk makanan, kemasan menjadi salah satu yang paling penting. Selain haru menarik, higienis dan tentunya bisa melindungi produk dengan baik.
“Misalnya ada produk makanan, seperti peyek. Harus dipikirkan bagaimana kemasannya agar peyek tidak hancur jika dikirim ke luar kota. Demikian juga dengan kue-kue basah agar bisa lebih tahan lama, agar bisa menjangkau penjualan luar kota,” terang Ledia.
Dengan pengembangan ini, Ledia mengatakan perekonomian rakyat bisa bangkit. Karena jika pelaku UMKM kuat, maka tidak akan mudah tergerus pemodal kuat.
“Salah satu jenis ekonomi kreatif adalah aplikasi yang bisa transfer tanpa biaya. Itu kan awalnya merupakan ide dari pengusah muda. Namun kemudian ide tersebut diadaptasi dan dimodifikasi oleh pengusaha dengan modal yang kuat. Sehingga para pengusaha muda tidak akan kuat menghadapinya dan pada giliranya akan kalah,” bebernya.
Beda halnya dengan pelaku UMKM, di mana dunia UMKM terbukti bisa bertahan di tengah gerusan pandemi.
“Pandemi adalah momentum untuk melakukan terobosan. Jika kita tidak bis berkembang saat pandemu, maka akan ketinggapan,” pungkasnya. (put)