BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Di tengah hiruk-pikuk Kota Bandung, Kampung Toleransi RW 04 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler, berdiri sebagai bukti nyata bagaimana keberagaman agama dan budaya dapat hidup berdampingan dengan damai.
Kampung ini dikenal luas sebagai salah satu model keberhasilan dalam membangun dan mempertahankan kerukunan umat beragama di Indonesia, dengan berbagai rumah ibadah yang berdiri berdekatan, seperti Vihara Aman, Vihara Ratnapani, Vihara Terang Hati, Vihara Yasodara, Gereja Pentakosta Pusat Surabaya Agape (GPPS Agape), Gereja Bethesda, Gereja Rehoboth Ebenheser, Gereja Jemaat Kristus Indonesia (GJKI), Masjid Al Amin, dan Masjid Al Asror.
Jahja Kosim, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Kampung Toleransi periode 2023-2026, menggambarkan bahwa kerukunan bukanlah hal baru di kampung ini.
“Meski Kampung Toleransi Jamika baru diresmikan pada 20 Agustus 2017, sejak dulu, masyarakat di sini sudah terbiasa hidup berdampingan dalam perbedaan. Kami saling mendukung, menghormati perayaan keagamaan satu sama lain, dan selalu menjaga komunikasi yang baik,” ujar Jahja kepada PASJABAR, Sabtu (17/8/2024).
Hal ini, menurutnya, menjadi kunci utama dalam menjaga keharmonisan di tengah-tengah keberagaman yang ada.
Kampung Toleransi RW 04 juga telah menjadi tujuan kunjungan bagi berbagai pihak yang ingin belajar tentang praktik toleransi langsung dari sumbernya. Mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, seperti UPI, UIN, ITB, UNPAD, UNY, UNJ, Unikom, Universitas Djuanda Bogor dan lainnya, pernah mengunjungi kampung ini untuk mempelajari cara masyarakat di sini mempraktikkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami sudah beberapa kali menerima kunjungan dari mahasiswa, baik yang berasal dari Jawa maupun dari luar Jawa. Mereka tertarik melihat bagaimana rumah-rumah ibadah yang berbeda agama bisa berdiri berdekatan tanpa ada konflik,” tambah Jahja.
Selain itu, Jahja juga menceritakan bahwa masyarakat Kampung Toleransi sering kali saling berbagi dan membantu dalam perayaan keagamaan.
“Misalnya, saat Idul Fitri, warga yang beragama Kristen turut mengucapkan selamat dan bahkan ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan. Sebaliknya, saat Natal, umat Muslim di sini juga tak segan untuk turut serta dalam suasana sukacita,” tuturnya.
Kampung Toleransi RW 04 tidak hanya dikenal di Bandung, tetapi juga telah menjadi rujukan bagi daerah lain yang ingin membangun kerukunan serupa.
“Kami pernah didatangi oleh
provinsi Riau (Kesbangpol dan 40 perwakilan ormas Islam) yang ingin belajar dari pengalaman kami. Mereka ingin mengetahui bagaimana kami bisa menjaga kerukunan dalam keberagaman ini,” kata Jahja.
Melalui kerukunan dan kerja sama yang erat, Kampung Toleransi RW 04 Kelurahan Jamika terus menjadi contoh dan inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Jahja berharap, semangat toleransi dan saling menghargai ini dapat terus tumbuh dan berkembang, tidak hanya di kampungnya tetapi juga di seluruh penjuru Indonesia.
“Harapan kami sederhana, agar keberagaman ini selalu menjadi kekuatan, bukan pemecah. Kami ingin terus menjadi bagian dari masyarakat yang rukun, damai, dan sejahtera,” tutupnya dengan penuh harapan. (tiwi)