BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menduga adanya tiga ekor macan tutul anyar di kawasannya. Meski harus terus diteliti, namun dengan hadirnya tiga macan tutul baru itu membuktikan jika kembakbiak di kawan TNGC berhasil.
Hal tersebut diungkapkan kepada media dalam siaran persnya kepada Pasjabar, Selasa (12/2/20233).
Disebutkannya jika dugaan tersebut setelah pihak TNGC melihat penampakan macan tutuk di kamera yang dipasang di sekitar lokasi.
“Saat terekam kamera, macan tutul ini terekam di bagian buntut nya. Disitulah tampak jenis kelamin, karena ada semacam alat kelamin jantan pada macam tutul tersebut”, ujar Maman Surahman, Kepala Balai TNGC.
Diungkapkannya setelah diteliti lebih detail, ternyata ada tiga individu yang berusia remaja. Maman menyebut baru satu yang bisa dipastikan jenis kelaminnya, yakni jantan. Sedangkan dua individu lainnya, masih akan dicari tahu jenis kelaminnya.
Menurut Maman, hal ini perlu diskusi lebih jauh dengan beberapa pihak yang concern pada keberadaan macam tutul. Dalam diskusi itu nanti pihaknya akan membuatkan peta lima kamera untuk mendiskusikan soal kemungkinan apakah tiga individu itu berbeda satu dan yang lainnya atau sama.
“Pada diskusi nanti tentunya kami akan menganalisa dengan para ahli macan tutul, pegiat lingkungan dan pemerhati macan tutul. Nanti kita akan analisis lima foto macan tutul tersebut untuk membandingkan lorengnya atau ciri khusus lainnya, baru keluar kesimpulan yang lebih akurat”, tambahnya.
Pihaknya merasa sangat senang dengan keberadaan individu anyar di TNGC. Artinya proses perkembang biakan terhadap tiga satwa kunci yakni macan tutul, elang Jawa dan Surili setidaknya bisa dikatakan mengalami kemajuan. Khusus satwa kunci macan tutul ini bisa berkembang karena dukungan satwa mangsa yang masih banyak. Babi hutan, trenggiling, monyet ekor panjang, landak, dan kancil juga masih sangat berlimpah di TNGC.
Selama ini pihaknya melakukan proteksi terhadap kawasan tersebut dengan melakukan berbagai kegiatan. Seperti sosialisasi pentingnya perkembangan ekosistem di kawasan termasuk di dalamnya pohon pohonan dan juga populasi satwa mangsa.
Diakuinya terkadang juga mereka mendapati masyarakat di sekitar kawasan masih ada yang berburu dan melakukan pembalakan.
“Kami hanya menyampaikan kepada mereka, silakan kalau mau berburu atau melakukan penebangan pohon, tapi jangan salahkan kami kalau suatu saat macan tutul turun gunung untuk mencari makan dan memangsa satwa peliharaan warga”, ujarnya.
Sosialisasi semacam itu dilakukan secara terbuka dan langsung ke warga karena bila terus dilarang dengan kata jangan, masyarakat malah jadi penasaran untuk mencoba.
Selain sosialisasi secara langsung ke masyarakat, pihaknya juga melakukan kerjasama dengan 64 tempat wisata yang berada di sekitar ring luar TNGC. tercatat objek wisata tersebut berada di luar kawasan, namun jaraknya sangat dekat dengan TNGC. “Kami ambil langkah untuk bekerja sama dengan mereka dalam melakukan pengamanan TNGC”, tambahnya.
TNGC berada di dua kabupaten yakni Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Memiliki luas 14.800an Hektar. Di kawasan itulah 68 kamera trap dipasang sepanjang tahun 2023. (*/tie)