BANDUNG, PASJABAR.COM — Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Sensorik Netra Wyataguna di Kota Bandung menjadi tempat pendidikan bagi para tunanetra. Salah satu keterampilan yang bisa dipelajari di sana adalah pijat shiatsu, sebuah metode pijat asal Jepang.
Di sana, para siswa mempelajari pijat shiatsu secara teori. Selain itu, praktik juga dilakukan. Bahkan, praktik jauh lebih banyak daripada pemberian teori.
“Untuk sistem pembelajaran itu 40:60, 40 persen teori, 60 persen praktik,” kata instruktur pijat shiatsu Ismet Firmansyah saat ditemui di lokasi, Kamis (28/2/2019).
Dalam praktik, para siswa diposisikan sebagai terapis atau orang yang memijat. Di lain kesempatan, mereka akan berubah menjadi pasien dan dipijat rekannya.
“Dengan sistem bergantian seperti itu, mereka akan bisa saling merasakan pijat yang enak itu seperti apa,” ucapnya.
Setiap siswa pun bisa saling koreksi dan memberitahu kekurangan. Hal itu jadi bahan evaluasi agar masing-masing siswa memiliki keterampilan memijat mumpuni.
Untuk praktik sendiri dilakukan di salah satu ruangan. Biasanya, mereka yang ditempatkan sebagai pasien akan diam dengan posisi tidur di kursi khusus. Siswa lain kemudian akan memijat dengan menggunakan tangan.
“Bedanya shiatsu dengan pijat biasa ini tidak menggunakan pelumas saat memijat. Pijat shiatsu juga pasiennya tetap memakai pakaian tapi ditutup dengan handuk,” jelas Ismet.
Secara umum, pijat shiatsu bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah. Hal itu akan sangat berguna untuk kesehatan pasien.
Pelatihan pijat shiatsu di Wyataguna sendiri sudah berjalan sejak 1993. Sudah lebih dari 200 orang alumni yang tuntas menempuh pendidikan di sana.
Mereka kini banyak yang menjadi terapis pijat shiatsu. Bahkan, ada yang membuka tempat praktik sendiri di berbagai daerah, mulai dari Sumatera hingga Sulawesi.
Proses pembelajaran pijat shiatsu sendiri berlangsung selama enam bulan. Setelah itu, mereka akan ditempatkan di tempat praktik yang dinamakan Instalasi Produksi. Mereka akan menangani pasien secara langsung untuk menambah jam kerja dan pengalamannya.
Setelah itu, biasanya mereka akan mencari pekerjaan di tempat pijat shiatsu atau membuka tempat praktik sendiri. Pijat shiatsu sendiri bisa dilakukan baik oleh tunanetra atau bukan. Tapi, ada kelebihan yang dimiliki para tunanetra.
“Kelebihan tunanetra itu memiliki kepekaan. Kalau yang bukan tunanetra kan melihat (titik yang harus dipijat). Kalau yang tunanetra dengan perasaan, feeling, jadi tingkat kepekaannya lebih kena,” tutur Ismet. (ors)