NAGREG, WWW.PASJABAR.COM — Tembakau Jawa Barat menempati nomor satu dalam kualitas dan nomor empat dalam kuantitas di tingkat nasional. Hal ini tak salah, karena Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil tembakau yang besar.
Perkebunan tembakau tersebar di 14 kabupaten/kota, dengan total produksi rata-rata 20.000 ton/tahun. Sedangkan di sektor cengkeh, di Jawa Barat luas lahan perkebunan cengkeh adalah seluar 32.450 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 6.698 ton. Selain itu, tercatat pula 3.000 pekerja pada industri rokok di Jawa Barat.
Hari Petani Tembakau Dunia yang jatuh pada tanggal 29 Oktober sudah diperingati di belahan dunia sejak tahun 2010 oleh para petani tembakau di masing-masing negara yang tergabung ITGA (Asosiasi Petani tembakau Internasional).
Untuk menunjukan eksistensi dan peran petani tembakau maka, Asosiasi Petani Tembakau (APTI) akan memperingati Hari Petani Tembakau Dunia/World Tobacco Growers Day (WTGD) 2019 bertema “Tembakau sebagai Warisan Kita” dengan lokasi penyelenggaraan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Salah satu peringatan tersebut adalah perjalanan jurnalistik bersama puluhan jurnalis dengan tema “Kontribusi Petani Tembakau pada Perekonomian Jawa Barat” Road to World Tobacco Growers Day (WTGD) 2019 pada Selasa, (13/8/2019) di Lokasi lahan Tembakau Citaman, Nagrek, Kabupaten Bandung dan lokasi pengolahan tembakau berkualitas ekspor di Cikancung.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat, Suryana memgungkapkan bahwa kegiatan ini sebagai upaya mempublikasikan aktivitas dan kontribusi petani tembakau di Jawa Barat dan update WTGD 2019.
“Industri hasil tembakau dari hulu hingga hilir memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional. Hal paling nyata adalah sumbangsih dari cukai tembakau yang menyumbang kas negara. Termasuk terdistribusinya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) hingga tingkat kota atau kabupaten,” jelasnya.
Disamping itu, Pertanian Tembakau Jawa Barat lanjut Suryana beberapa waktu lalu mendapatkan kunjungan dari berbagai negara untuk mengekspor tembakau, hal ini tidak salah karena kepiawaian petani dalam proses penanaman dan pengolahannya. Juga jenis tembakau yang lebih fleksibel untuk ditanam dimana dan kapan saja.
“Beberapa waktu lalu kami kedatangan tamu dari luar negeri, yaitu permintaan ekspor tembakau setiap bulan sebanyak 22 ton ke Italia, dilanjutkan dengan permintaan 18 ton setiap bulannya ke Turki, kemudian 9 ton perbulan ke Brunai Darussalam dan terakhir Malaysia yang meminta 30 ton perbulan. Namun kami hanya mengekspor ke Malaysia pada akhirnya karena keterbatasan stok dan untuk memenuhi kebutuhan di tingkat nasional juga,” terangnya.
Suryana melanjutkan bahwa penyerapan tenaga kerja di bidang tembakau juga sangat baik mengingat bahwa tenaga kerja terbagi dalam empat alur yakni, bagian budidaya perhektar, bagian pengolahan, bagian packaging dan bagian penjualan. Dimana untuk.satu hektar saja bisa menyerap 513 tenaga kerja.
Sementara itu, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), Budidoyo mengungkapkan bahwa kegiatan ini diharapkan akan memperkenalkan bahwa sektor tembakau memberikan kontribusi positif dan sangat dalam bidang ekonomi. Selain itu juga pengenalan tentang tembakau, dari saat masih ditanam, diolah petani hingga penjualan.
“Sejak berdiri pada 25 Januari 2010 AMTI mendampingi para petani untuk bersama menghasilkan tembakau yang berkualitas. Mendukung dan memperjuangkan para petani tembakau untuk terus berkembang dan maju,” tandasnya. (Tan)