BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Trend pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat khususnya Bandung, menjadi salah satu alasan potensialnya perkembangan investasi ekonomi termasuk investasi berjanngka. Salah satu yang mengembakan bisnis investasi berjangka di Kota Bandung adalah PT. Bestprofit Futures(BPF).
Pimpinan Cabang BPF Bandung , Ida Widaeni, mengungkapkan kenaikan setiap tahun nasabahnya menjadikan Kota Bandung sebagai kota potensial untuk investasi berjangka ini.
“Pertumbuhan eknomi di Jawa Barat, khususnya Bandung mengalami peningkatan setiap tahun di atas 5%. Kondisi ini berimbas positif terhadap berkembangnya para pengusaha baru maupun tingkat pendapatan masyarakat, terutama di pusat kota,” ujar Ida di Bandung, Kamis (24/10/2019).
Dikatakannya, PT. Bestprofit Futures cabang Bandung sepanjang Januari hingga September 2019 mengantongi pertumbuhan jumlah nasabah baru sebesar 75,86%, menjadi 102 nasabah dibandingkan hingga akhir September 2018 sebesar 58 nasabah baru. Atas pencapaian ini, RFB Bandung menjadi jawara untuk cabang BPF di luar Jakarta dari sisi peningkatan jumlah nasabah baru.
Ia menambahkan, nasabah BPF Bandung masih didominasi dari segmen profesional dan pengusaha. Dari sisi umur rata-rata di atas usia 35 tahun ke atas, sementara untuk gender mayoritas masih laki-laki.
“Target wilayah prospek kami hampir mencakup seluruh wilayah Jawa Barat meski kantor operasional ada di Bandung. Kami fokus pada kantong-kantong wilayah potensial, seperti Cirebon, Garut, Bogor, dan Sukabumi.”terang Ida Widaeni.
Lanjutnya, strategi BPF Bandung adalah menjaga kualitas nasabah baik dari sisi profil maupun pelayanan cabang. Nasabah yang dibidik adalah mereka yang memiliki kemampuan finansial cukup mapan dan memahami benar investasi di perdagangan berjangka.
“Dengan fokus pada kualitas profil dan pelayanan, kami berharap tingkat kepuasan nasabah BPF Bandung mencapai 80% lebih dan mereka bisa menjadi duta BPF untuk merekomendasikan kami kepada calon nasabah lain,” tandas Ida.
Sementara itu, Ani Sofiarni, Chief Business Officer BPF menyebutkan PT. BPF membukukan total volume transaksi sebesar 830.395 lot atau naik 42,16% pada kuartal III tahun 2019 dibandingkan tahun lalu pada posisi yang sama. Volume transaksi bilateral masih menjadi katalis utama sebesar 757.097 lot atau memberikan kontribusi sebesar 91,17% dari total volume transaksi dibandingkan multilateral sebesar 73.298 lot atau hanya menopang sebesar 8,82%.
“Pengaruh perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok membuat animo investor meningkat terhadap produk investasi yang bersifat safe haven, dalam hal ini emas yang mengalami sentimen positif di pasar,” terangnya.
BPF menangkap sinyal peluang tersebut dengan lebih giat melakukan edukasi dan kunjungan kepada para calon nasabah. Sekaligus menawarkan mereka untuk memilih perdagangan berjangka sebagai alternatif investasi yang cukup bagus dengan potensi keuntungan yang menjanjikan sekarang dan ke depan.
“Seluruh pencapaian ini cukup memuaskan. Kami yakin sampai akhir tahun kinerja BPF akan melesat sesuai ekspektasi. Tentunya, semua berkat kerjasama dan dukungan dari para karyawan, nasabah dan stakeholder,” terang Ani, di lokasi yang sama.
Saat ini BPF menempati urutan kedua teratas dari lima perusahaan pialang berjangka terbesar nasional, berdasarkan data Bursa Berjangka Jakarta. Total pangsa pasar BPF mencapai 13,39%. Catatan prestasi ini tidak akan berhenti hingga menjadi nomor satu di industri Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia.
Selain kinerja transaksi, laporan Perseroan juga mencatat total nasabah baru hingga September 2019 mencapai 2.076, mengalami peningkatan sebesar 26,20% dibandingkan tahun sebelumnya pada posisi yang sama sebanyak 1.645 nasabah baru.
Melalui 10 kantor cabang, BPF terus melebarkan ekspansi layanan investasi berjangka di seluruh Indonesia yang kini tersebar di Jakarta (2 kantor), Malang, Bandung, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Jambi, Pontianak, dan Banjarmasin.
Untuk meningkatkan pelayanan, BPF disempurnakan oleh fasilitas layanan SITNA (Sistem Informasi Transaksi Nasabah) dari PT. Kliring Berjangka Indonesia dan PT. Bursa Berjangka Jakarta. Melalui SITNA, setiap transaksi kontrak berjangka yang tercatat di bursa berjangka dapat dipantau oleh nasabah kapan pun dan di mana pun.
Peluang di akhir 2019, Ani mengungkapkan dari target di awal sebesar 20% untuk total volume transaksi dan jumlah nasabah baru diyakini akan tercapai seiring situasi ekonomi global yang mulai membaik, dan daya investasi yang kian menggeliat di dalam negeri. (*/tie)