BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Tokoh agama Prof. Dr. K.H Din Syamsuddin, M.A mengatakan jika mahasiswa dan pelajar sebaiknya diberikan pendidikan Islam yang apa adanya dengan penjelasan yang sebenarnya. Hal ini menjadi salah satu upaya agar mahasiswa dan pelajar tidak mencari tahu sendiri dan mengartikan sendiri, sehingga timbul pemikiran berbeda.
Hal tersebut diungkapkan Din Syamsuddin saat menjadi pembicara dalam Diskusi Radikalisme Agama dalam Sorotan Menuju Umatan Wasathan di Gedung Student Center Universitas Islam Bandung yang diselenggarakan Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian Universitas Islam Bandung (Unisba), Senin (16/12/2019).
“Dalam pendidikan Islam khususnya jelaskan apa adanya, jangan dibiarkan mereka belajar sendiri. Posisi Islam harus jelas, jadi tidak usah ada pemikiran pemberontakan,” tegasnya.
Dia mengatakan jika saat ini pemikiran Radikal sebetulnya bukan hanya ada di Islam, namun terjadi diseluruh agama yang ada. Namun dikarenakan adanya pemikiran radikal politik membuat Islam selalu dikaitkan dengan radikalisme.
“Padahal di era moderat saat ini tidak ada radikalisme agama, yang ada saat ini adalah radikalisme politik, jadi bukan radikal bukan semata disebabkan agama,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan pembicara lainnya yakni Prof. Dr. K.H Dadang Kahmad,M.Si, dijelaskannya jika pendidikan saat ini memang memerlukan perhatian luar biasa karena saat ini indikatornya peradaban.
“Karena peradaban ini banyak yang pintar tahu agama namun justru melakukan korupsi dan tidak kejahatan. Jadi agama tidak berbanding dengan kepribadian,” jelasnya.
Ia menyebutkan jika semua harus yakni dengan kebenaran agama, namun memang dalam perjalanannya bisa melahirkan interpretasi berbeda.
“Oleh karenannya dalam meberikan pendidikan agama, kita tidak harus melulu menyampaikan kepada oranng sudah mengerti dan mau, namun kita suka lupa menyampaikan kepada kaum marjinal. Dan ini lah mereka yang menginterpretasi dan mencari pemikiran sendiri tentang agamnya,” terangnya.
Sementara itu, Rektor Unisba, Prof Dr. H. Edi Setiadi, S.H.,M.H menyebutkan, jika saat ini akademisi harus mulai mengartikan radikal bukan hanya dari kata -kata saja, namun harus memandang dari terminology yang lainnya.
“ Teriminologi radikalsme seperti apa, karena hanya dari kata saja, maka pengertiannya justru bagus yaitu inti. Dan yang sekarang berkembang adalah radikalisme negative, dan itu yang harus mulai dikaji oleh para akademisi termasuk Unisba. Dan kampus sebetulnya harus mengembangkan radikalisme postif,” ungkapnya. (tie)