BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pemerintahan Kota Bandung, mengakui jika pihaknya tak memiliki solusi cepat untuk mengatasi banjir di Kawasan Gedebage yang kerap banjir saat hujan tiba. Saat ini Pemkot Bandung melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) hanya bisa melakukan penyedotan air ketika Kawasan tersebut banjir.
“Banjir di kawasan Gedebage itu, merupakan luapan dari Sungai Cinambo. Curah hujan beberapa hari ini memang tinggi. Sehingga, Sungai Cinambo tidak bisa menampung debit airnya,” ujar kepala Dinas PU Kota Bandung Didi Ruswandi, Rabu (1/4/2020) kemarin.
Ia menyebutkan upaya yang dilakukan pemerintah sekarang adalah melakukan penghijauan di kawasan Utara. Namun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya, sehingga sekarang manfaatnya belum bisa dirasakan.
“Makanya, yang bisa kita lakukan sekarang, adalah melakukan penyedotan di titik banjir,” tambahnya.
Hasil dari sedotan air tersebut, akan dicoba dibuang ke bahu jalan tol, lalu estafet ke Sungai Cipamokolan. “Lumayan lah itu jaraknya kurang lebih 1 kilometer,” tambah Didi.
Didi menambahkan untuk mesin penyedot yang dimilki DPU sekarang ada satu unit penyedot portable. Namun, ditambah dengan milik warga di Perumahan Adipura satu cluster punya satu mesin penyedot.
“Untuk SDM nya kami sudah menurunkan 3 UPT untuk mengecek kemungkinan air akan dialirkan ke mana. Karena selama ini kan air dialirkan ke sungai Cinambo. Tapi sekarang tidak bisa, karena Sungai Cinambo nya juga meluap. Sehingga air pasti akan balik lagi,” papar Didi.
Di kawasan Gedebage ini, merupakan salah satu titik terparah selain 29 titik banjir lain di Kota Bandung. Menurut Didi banjir di Kawasan Gedebage sudah terjadi sejak dua hari yang lalu, dan sampai berita ini diturunkan, penanganannya masih belum maksimal.
Beberapa titik banjir tahun ini diantaranya, JL Kopo, JL Ciwastra, Pasar Cordon, Panyileukan, JL Cibodas Raya dan Antapani Lama.
Berdasarkan data yang dirilis DPU, titik Banjir DI kota Bandung ada 30 titik, dengan tinggi genangan bervariasi.
Namun, dari semua titik banjir ini, tidak menimbulkan korban jiwa. Bahkan tidak ada warga yang harus dievakuawi sehingga tidak membutuhkan camp pengungsian.
“Kalaupun ada warga yang membutuhkan perahu hanya untuk lalulintas dari rumah ke pasar atau memenuhi kebutuhan harian lainnya,” pungkasnya.
Menurut Yogo Mukti, salah seorang warga Cibiru Asri, mengatakan jika sudah banjir macet bisa dimulai dari kawasan Riungbandung sampai daerah Pasar Induk Gedebage.
“Padahal kalau enggak banjir, kawasan tersebut lancar. Paling hanya ada sendatan sedikit-sedikit,” katanya.
Selama dua hari ini genangan air dikawasan itu memang cukup tinggi, sampai 40 cm di jalan. Sehingga buat mobil dan motor matic tidak bisa bergerak. “Kalau sudah begitu bisa macet total sampai 1 jam-1,5 jam,” tuturnya. (Put)