BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) menggelar webinar bertajuk Sinergi Kemitraan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era Digital pada Rabu (27/1/2021) secara virtual.
Dalam paparannya, Ketua Aspikom Pusat Dr. M. Sulhan MSi mengatakan, saat ini sedang terjadi disrupsi ontologis ilmu komunikasi dan inkonsistensi ekspertis Ilmu komunikasi.
Kondisi ini terjadi karena adanya budaya instan dari orang-orang yang baru belajar komunikasi.
“Mereka memandang bahwa komunikasi adalah tukang bikin podcast, vlog, atau sukses menguasai you tube, yang notabene prioritasnya pada kemasan,” terangnya.
Padahal, sambungnya komunikasi adalah sains yang perjalanan keilmuannya sangat panjang dengan orientasi keilmuannya tidak hanya pada text research tetapi juga field research.
Kondisi ini kata Sulhan menjadi tantangan bagi arah Ilmu Komunikasi, dimana Ilmu Komunikasi sebagai sains harus dapat memperjelas domainnya.
Sebagai ilmu pengetahuan, Ilmu Komunikasi dipahami sebagai pengetahuan instrumental dan pengetahuan reflektif dengan lulusan Ilmu Komunikasi yang bisa dimandatkan bukan hanya pada dunia non akademik tetapi juga dunia akademik.
“Kenyataan bahwa komunikasi itu omny present, ada dan berkembang di segala bidang memang benar. Pemerintah dan swasta membutuhkan banyak SDM untuk area non akademis, tapi jangan sampai Ilmu Komunikasi kehilangan jati dirinya sebagai sains,” tandasnya dalam rilis yang diterima pasjabar, Kamis.
Sementara itu, Direktur Jasa Wisata Jawa Barat Deni Hardyan yang juga sebagai pembicara seminar mengatakan, tidak dipungkiri bahwa tuntutan dunia kerja berbeda dengan kampus.
“Dunia kerja memerlukan lulusan yang siap pakai, bukan lulusan yang masih harus mendapatkan pendidikan training di tempat kerja, mengingat anggaran dunia kerja untuk mendidik kembali para tenaga kerjanya terbatas,” ucapnya.
Deni menyebutkan, lulusan Ilmu Komunikasi termasuk lulusan yang dapat diterima di berbagai dunia kerja. SDM yang dapat mengerjakan content creative, marketing communication (marcom), dan digital marketing menjadi yang paling diperlukan saat ini.
Bahkan, direktur yang membawahi BUMD di Jawa Barat ini juga mengatakan, dia mensyaratkan lulusan Ilmu Komunikasi di beberapa perusahaan di Jawa Barat.
“Mengapa demikian? Karena saya melihat kalau lulusan Ilmu Komunikasi itu tidak terlalu harus banyak lagi dipoles, mereka sudah dapat dengan mudah berdaptasi dan mengerjakan pekerjaannya,” demikian Deni.
Namun demikian, Deni menggarisbawahi, bahwa kriteria atau syarat kebutuhan lulusan untuk dapat bekerja saat ini bukan pada IPK tinggi tetapi inisitif dan integritas.
Dari 23 persyaratan kebutuhan dunia kerja, yang paling prioritas adalah insitiatif, integritas, disusul dengan jujur, tanggungjawab dan inovatif.
“IPK penting tapi tidak menjadi yang utama,” imbuhnya.
Pada bagian akhir, Deni mengatakan, industri pariwisata saat ini akan mulai bangkit. Kemungkinan besar ke depan, aka nada banyak kesempatan kerja bagi para lulusan. Untuk itu kata dia, bersiap-siaplah para lulusan Ilmu Komunikasi untuk bersaing di dunia kerja pasca pandemic Covid 19.
“Saya kira lulusan Ilmu Komunikasi akan dapat bersaing dengan lulusan-lulusan lainnya di industri pariwisata ke depan ini,” pungkasnya. (*/tiwi)