BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Jika anda terbiasa membandingkan dirinya dengan orang lain yang dianggap lebih “mumpuni”, sambil terus mencari-cari kesalahan diri sendiri, hati-hati itu gejala dari Self loathing.
Self loathing atau perasaan membenci diri sendiri bisa dirasakan oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Dikutip dari Psychalive.org, penderitanya akan merasa kalau dirinya tidak cukup baik, cakap, dan pantas melakukan atau mengurus apa pun juga.
Mereka merendahkan diri sendiri, tanpa kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah dalam perilaku tersebut.
Dilansir dari klikdokter, Ikhsan Bella Persada, M.Psi, Psikolog, ada beberapa penyebab membenci diri sendiri alias self loathing, yaitu.
1. Ketika seseorang tidak bisa menerima dan mencintai diri seutuhnya, selalu saja merasa dirinya kurang. Hal ini dapat mengembangkan perasaan benci terhadap diri sendiri.
2. Kurang memiliki dukungan dari orang sekitar atau orang sekitar cenderung selalu mengkritik pribadi si individu. Lama-kelamaan hal tersebut membuatnya menjadi tidak percaya diri atau insecure.
3. Memiliki self-esteem (harga diri) yang rendah, sehingga selalu merasa rendah diri dan tidak mampu membuat keputusan.
4. Adanya pengalaman tidak menyenangkan sehingga membentuk rasa tidak aman pada diri sendiri.
Dinukil dari Very well, ada beberapa tanda atau gejala dari seseorang yang benci terhadap dirinya, yakni:
1. Selalu berpikir kalau dirinya salah. Jika tidak sengaja membuat kesalahan, Anda akan merasa seolah-olah semuanya hancur atau hidupnya sudah berakhir.
2. Hanya fokus pada hal negatif, bahkan saat sedang mengalami hari yang baik. Anda cenderung fokus pada hal-hal buruk yang terjadi.
3. Harga diri yang rendah. Anda umumnya memiliki harga diri rendah dan tidak merasa seakan-akan Anda sebanding dengan orang lain.
4. Mencari persetujuan. Anda terus mencari persetujuan dari orang lain untuk memvalidasi harga diri Anda. Pendapat tentang diri sendiri berubah tergantung pada bagaimana orang lain mengevaluasi Anda atau apa yang mereka pikirkan tentang Anda.
5. Tidak dapat menerima pujian. Pendapat positif orang lain soal Anda malah diabaikan, atau berpikir bahwa mereka hanya bersikap baik. Anda kesulitan menerima pujian dan cenderung mengabaikannya alih-alih menerimanya dengan ramah.
6. Tidak percaya diri. Anda selalu kesulitan untuk percaya diri. Penderita self loathing juga selalu beranggapan seolah-olah orang tidak menyukai dan menerima dirinya apa adanya.
7. Kesulitan ketika seseorang memberikan kritik. Anda akan cenderung menganggapnya sebagai serangan pribadi.
8. Sering merasa cemburu. Anda merasa cemburu pada orang lain. Mungkin Anda akan mengkritiknya untuk membuat diri merasa lebih baik.
9. Takut pada koneksi positif. Anda mungkin menjauhkan teman atau calon pasangan karena takut ketika seseorang menjadi terlalu dekat. Anda juga percaya kalau koneksi positif itu akan berakhir buruk atau akan ditinggal sendirian.
10. Takut bermimpi besar. Anda mungkin takut gagal, takut sukses, atau meremehkan diri sendiri terlepas dari apa yang sudah dicapai.
11. Keras pada diri sendiri. Jika membuat kesalahan, Anda akan kesulitan memaafkan diri sendiri. Anda mungkin juga menyesali hal-hal yang telah atau gagal dilakukan di masa lalu. Bisa saja, Anda kesulitan melupakan kesalahan yang terjadi tersebut.
Dijelaskan oleh Ikhsan, perasaan membenci diri sendiri dapat berdampak ke banyak aspek. Dalam aspek sosial, misalnya, orang yang benci dirinya sendiri jadi mudah membandingkan diri dengan orang lain. Pada akhirnya, dia selalu tidak puas dengan diri sendiri.
Selain itu, terjadi perubahan emosi menjadi mudah marah dan cemas atau depresi karena merasa dirinya tidak seperti yang diharapkan.
Lantas, bagaimana menghilangkan sifat self loathing tersebut?
“Caranya, coba perhatikan kembali kemampuan dan kepribadian yang ada di dalam diri. Apakah memang benar semuanya negatif dan semuanya tidak disukai?” tutur Ikhsan.
“Kemudian coba lihat kembali apakah selama ini selalu gagal dalam sesuatu? Bisa diperhatikan pencapaian-pencapaian apa yang pernah terjadi dan itu perlu dihargai,” psikolog itu menambahkan.
Saran dari Ikhsan, ingatkan diri sendiri bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang pernah melakukan kesalahan ataupun mengalami kegagalan. Namun, jadikan kegagalan atau kekurangan dalam diri sebagai motivasi untuk berubah menjadi lebih baik. (*)