BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di Bandung hanya dilakukan selama dua jam untuk dua mata pelajaran.
“Hanya satu kelompok belajar dari hasil pemantauan Pak Sekda (Sekretaris Daerah) dan Pak Kadis (Kepala Dinas Pendidikan, red) sekolah relatif siap melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. Namun, untuk pelaksanaan lebih lanjut, sangat bergantung perkembangan penyebaran Covid-19 di Bandung seperti apa,” ujar Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan SD Dinas Pendidikan (disdik) Kota Bandung, Bambang Aryanto, kepada wartawan Selasa (8/6/2021).
Menurut Bambang, sekolah yang melakukan simulasi melibatkan 10%-25% siswanya, jadi dalam sehari hanya ada sekitar 10 orang anak. Itu pun masih dibagi menjadi 2 kelomok. Sehingga, satu kelompok hanya terdiri dari 5 orang. “Satu kelompok, hanya belajar selama dua jam dengan dua mata pelajaran,” tambahnya.
Dalam simulasi tersebut, semua pihak dinilai sudah paham betul kewajiban sehingga bisa saling mengingatkan. Di sisi lain pihak orang tua juga sudah memparbolehkan anaknya mengikuti PTMT dan mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
Bambang mengatakan, selama masa pembelajaran, tidak boleh ada istirahat dan tidak boleh ada kantin yang buka. Sehingga, anak-anak hanya makan bekal yang dibawa dari rumah.
“Diharapkan anak-anak dibekali makanan bergizi oleh orang tuanya,” ungkapnya.
Selama masa pembelajaran, lanjut Bambang, kembali diingatkan untuk menerapkan protocol Kesehatan. Sehingga, pihak sekolah menyiapkan masker cadangan, untuk anak-anak atau staf pengajar yang lupa membawa masker dari rumah, atau masker yang mereka gunakan hilang.
“Meskipun demikian, mereka dianjurkan membawa masker cadangan dari rumah. Masker yang digunakan, dihimbau masker daur ulang yang bisa dicuci, seperti masker kain,” tambahnya.
Bambang mengatakan, jika semua lancar, maka setelah simulasi PTM ini, Langkah selanjutnya adalah, simulasi tahap dua dan masa transisi, yang akan dilakukan selama dua bulan dimulai 19 Juli.
Setelah itu, akan memasuki tahap ke tiga yaitu tahap adaptasi kebiasaan baru (AKB), yang akan dilakukan pada November sampai Desember. Terakhir adalah tahap new normal atau tahap empat, yang akan dilakukan pada semester dua atau pada Januari.
“Yang berbeda dari tahapan-tahapan tersebut adalah, jumlah siswa yang diperbolehkan mengikuti Pembelajaran,” jelas Bambang.
Untuk simulasil tahap awal, hanya 10%-25%, siswa yang diperbolehkan ikut pembelajaran. Untuk tahap dua diperbolehkan 25%-50% siswa yang diperbolehkan ikut pembelajaran, sedangkan untuk tahap tiga hanya 50%-75% siswa yang boleh ikut, dan untuk tahap empat, sudah 100% siswa yang diperbolehkan ikut. (put)