Oleh Tim SEKODI Bandung dengan dukungan Queensland University of Technology untuk Australia Awards for Indonesia
Oh! Ada Apa Ini ?
Politik? Demokrasi? Dua kata tersebut kadang masih menjadi asing didengar teman-teman muda.
Tapi, bisa dimaklumi karena mungkin bagi mereka dua kata tersebut dianggap sangat serius, mungkin belum menyentuh kehidupan sehari-hari mereka, atau bahkan terlalu berat karena urusannya dengan negara.
Ribet?
Bisa jadi, apalagi kalau melihat siapa saja yang ada dalam dunia politik. Belum ditambah huru hara menjelang pemilihan umum, dengan kabar bohong mengenai kandidat tertentu, serta saling menjatuhkan.
Mungkin hal tersebut yang sering terlihat teman-teman muda di berbagai media, belum lagi akses informasi di media daring.
Saking banyaknya, teman-teman bingung mana informasi benar dan salah, belum lagi terkait politik dan demokrasi. Yang ada, kebingungan serta sikap acuh tidak acuh teman-teman muda terhadap keduanya. Banyak teman-teman muda ragu untuk bahkan turun dalam dunia politik.
Menurut the Conversation, teman-teman muda banyak diremehkan dalam panggung politik. Ditambah pula keanggotaan yang masih didominasi senior, akses terhadap partai politik itu sulit, keanggotaannya juga banyak yang berasal dari dinasti keluarga politik, dan juga latar belakang keuangan.
Bahkan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMENPPPA) melansir bahwa banyak teman-teman muda menjadi apatis tentang politik dan partisipasinya walau pun banyak akses informasi melimpah dari sosial media untuk keterlibatan politik teman-teman muda.
Sementara itu, sosialisasi isu-isu hak asasi manusia (HAM) terhadap teman-teman muda menjadi satu tantangan tersendiri, menurut Penyuluh HAM Komnas HAM, Sri Rahayu.
Padahal, pengetahuan terhadap isu HAM merupakan bekal penting untuk teman-teman muda atau siapa pun yang ingin terjun ke dalam dunia politik dan penguatan demokrasi. Sehingga, teman-teman muda memiliki potensi untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan siapa pun yang dianggap rentan dalam pemenuhan hak-haknya, ketika mungkin minatnya dalam dunia politik telah terbangun.
Alternatif Kegiatan Untuk Teman Muda Bandung, YOUPHORIA!
Berpolitik dan menjaga demokrasi sehat bisa bermacam-macam caranya. Banyak yang memilih terjun di jalur formal dalam lembaga legislatif atau partai politik, mau pun di luar jalur formal, seperti komunitas atau lembaga independen lainnya.
Perlu dikonfirmasi bahwa terkait politik sehat dan menjaga demokrasi, hak teman-teman muda untuk kebebasan berpendapat sekaligus berserikat dan berkumpul dijamin negara dalam Pasal 28E ayat (3) j.o. Pasal 28I ayat (4) UUD 1945, dengan menghormati hak asasi orang lain tentunya, ya (Pasal 28J UUD 1945).
Nah, pastinya teman-teman muda perlu tahu juga kan apa yang mau disuarakan dan diperjuangkan untuk kepentingan teman-teman beserta yang perlu diwakilkannya.
Teman-teman muda Bandung pasti paham dong bahwa Indonesia yang punya prinsip Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) rentan dengan ancaman konflik. Ya, konflik yang melibatkan lintas agama.
Perbedaan pendapat mengenai ras, etnis, bahkan gender pun bisa menjadi sumber terjadinya konflik. Tapi, terkadang konflik bisa terjadi karena ketidaktahuan mengenai informasi agama, gender, atau tentang kelompok-kelompok rentan lainnya.
Kebebasan mendapatkan informasi serta menyebarkannya merupakan hak kita dalam berdemokrasi, tapi kalau informasinya berasal dari sumber yang tidak kredibel lalu tiba-tiba muncul keresahan dan konflik bagaimana coba?
Siapkah teman-teman muda menjadi bagian dari demokrasi dan politik sehat yang justru bisa membuat ketangguhan tersendiri di Indonesia ini?
YOUPHORIA! Ini adalah alternatif kegiatan bagi teman-teman muda Bandung yang diinsiasi oleh Sekodi Bandung sebagai bagian dari Award Project dari Australia Awards for Indonesia dibantu Queensland University of Technology (QUT).
Penerima beasiswa kursus jangka pendek Australia Awards for Indonesia untuk program Keterlibatan Muda dalam Politik untuk Ketahanan Demokrasi di Indonesia, Fanny Syariful Alam, adalah koordinator regional Bandung untuk Sekodi.
Program ini dirancang teman-teman muda Sekodi, Hobie Fauzan Lumban Tobing, sebagai Project Officer program ini, lalu Arfi Dinata dan Annisa Noor Fadilah yang juga penggiat Jaringan kerja antar umat beragama (JAKATARUB), Nadya Andriani, pemerhati isu kota dan lingkungan, Aries Hardiyanto, mahasiswa tingkat akhir UIN Sunan Gunung Djati, Mona Argadiraksa, mahasiswa Universitas Widyatama, serta Lindawati Sumpena yang juga bekerja di PeaceGeneration Indonesia.
Program ini merupakan kelas daring mingguan setiap hari Sabtu, pukul 13.00-15.00 mulai tanggal 11 Desember 2021 hingga 19 Februari 2022.
Kelas akan membahas permasalahan tentang agama dan kepercayaan, gender, serta politik keberpihakan kelompok rentan. Kelas akan didukung narasumber kredibel, mulai dari akademisi, praktisi, serta teman-teman muda komunitas yang relevan dengan topik kelas.
Target peserta adalah teman-teman muda dengan rentang usia 17 hingga 30 tahun.
Kelas tidak berbayar dan disediakan e-certificate bagi peserta yang memenuhi kriteria jumlah pertemuan.
Harapannya adalah program ini dapat menjembatani kebutuhan teman-teman muda dalam berpikir kritis, berdialog dan menyampaikan pendapat dengan sehat bersama narasumber yang jelas kredibilitasnya dan informasinya tidak menyesatkan.
Ini merupakan proses belajar bersama sama agar kita semua dapat menghargai satu sama lain dalam perbedaan untuk kehidupan berpolitik dan demokrasi yang sehat untuk di Bandung dan Indonesia.
Untuk keterangan lebih lanjut, dapat menghubungi Fanny +6283820748820, Houbie +6285659890815, dan Nadya +628974500523.
(*/tiwi)