JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM– Tiga elemen pemegang polis Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 walk out dari rapat pembentukan Tim Investigasi Pemilihan Badan Perwakilan Anggota (BPA) Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912.
Ketiga elemen tersebut diwakilkan oleh Prima Kurniawati dari unsur Pemegang Polis Bumi, Dwi Christianto dari unsur Koordinator Nasional (Kornas) Perkumpulan Pemegang Polis AJB Bumiputera 1912 dan Tato Indrawanto dari Asosiasi Agen Bumputera (AABI).
Ketiganya keluar dari ruang rapat tim investigasi bersama-sama dan kompak menyatakan walk out dan tidak bersedia melanjutkan sebagai tim maupun memproses investigasi yang dimaksud oleh manajemen melalui surat keputusan (SK) yang dirancang oleh manajemen.
Ketiga elemen menilai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari tim investigasi telah dikebiri oleh manajemen dalam hal ini direktur AJB Bumiputera 1912, Dena Chaerudin.
Selain itu, ketiga elemen pemegang polis keberatan atas beberapa klausula dan menilai manajemen tidak beritikad baik dalam menyelesaikan kemelut serta kebobrokan yang terjadi di AJB Bumiputera 1912.
Hal tersebut terbukti dari adanya Surat Keputusan (SK) NO.SK.1/DIR/I/2022 tentang Tim Investigasi Hasil Pemilihan Anggota Badan Perwakilan Anggota AJB Bumiputera 1912 Periode 2021 – 2026 Untuk Daerah Pemilihan III (Sumatera Bagian Selatan) dan Daerah Pemilihan IV (DKI Jakarta).
Surat yang mengacu untuk pembentukan tim investigasi ini, berawal dari keputusan Rapat Pleno Panitia Pemilihan BPA AJB Bumiputear 1912, pada tanggal 30 Desember 2021.
Rapat Pleno itu mengamanatkan agar manajemen membentuk Tim Audit Investigasi hasil pemilihan BPA AJB Bumiputera 1912, periode 2021 – 2026. Namun, di SK tersebut manajemen menghilangkan diksi Audit, dan hanya membentuk tim investigasi.
Ketiga elemen menilai, hal ini mengkerdilkan dan mengebiri tupoksi tim, dalam menjalankan pemeriksaan menyeluruh dari proses pemilihan BPA.
Apalagi manajemen AJB Bumiputera 1912 telah mengkotak-kotakkan persoalan, bahwa yang bermasalah hanya di daerah pemilihan (dapil) III dan IV saja.
Ketegasan harus adanya proses audit investigasi menyeluruh, dipicu oleh penyataan dari Prima Kurniawati yang menyatakan, dirinya bermimpi dan berjanji untuk memperjuangkan hak-hak seluruh pemegang polis AJB Bumiputera 1912, sehingga data seluruh dapil harus dibuka.
“Dugaan kecurangan dalam pemilihan elektronik atau e-voting, terbawa dalam mimpi saya. Saya teringat banyak pemegang polis di dapil lain, selain dapil III dan IV yang menemui kecurangan. Sejauh ini, mereka hanya mengadu tanpa bersurat, tapi ini dugaan kecurangan yang harus kita bongkar juga di seluruh dapil,” tegas perwakilan Pempol Bumi Prima Kurniawati dalam rilis yang diterima PASJABAR, Rabu (12/1/2022).
“Jadi saya meminta, agar tim yang akan dibentuk dapat mengakomodir permintaan saya mewakili para pemegang polis yang hak memilihnya terabaikan dalam proses e-voting. Karena ini bukan karena kesalahan orang, tapi system yang dibuat dalam pemilihan BPA saya duga salah,” tambahnya.
Atas permintaan Prima tersebut, calon ketua tim investigasi Dr. H. Marwoto, S.E, M.Si meminta agar Prima tetap kembali fokus dalam penugasan yang diutarakan oleh SK dari Direksi AJB Bumiputera 1912. Bahwa investigasi hanya berkutat pada dapil III dan IV saja.
Marwoto menegaskan, jika tim investigasi dari dapil III dan IV menemukan hal-hal baru, nantinya bisa dikembangkan investigasi ke seluruh dapil.
Namun pendapat Marwoto dipatahkan oleh perwakilan pemegang polis dari Kornas Perkumpulan Pemegang Polis AJB Bumiputera 1912, Dwi Christianto.
Menurutnya, sejak awal pembentukan tim dengan SK direksi NO.SK.1/DIR/I/2022 telah salah arah dan melenceng dari penugasan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan BPA Periode 2021 – 2026.
Dwi Christianto pun menolak SK tersebut dan menilai penghilangan diksi Audit telah melecehkan rapat pleno dan menunjukkan manajemen bermanuver untuk memperlama proses pemilihan BPA.
“Sejak awal saya telah menyatakan, diksi Audit tidak boleh dihilangkan jika tim ini akan dibentuk dan menjalankan tupoksinya. Pasalnya, saya berani menduga dan bisa kita buktikan bersama bahwa sistem aplikasi e-voting yang digunakan panitia pemilihan BPA lemah dan rawan manipulasi,” tandas Dwi Christianto.
“Jadi benar apa yang menjadi panggilan hati ibu Prima dari Pempol Bumi, sampai terbawa mimpi – pengaduan para pemegang polis di dapil-dapil lainnya bahwa terjadi banyak kecurangan,” tambahnya.
Dwi Christianto menilai e-voting yang dirancang oleh PT. Informatika OASE yang merupakan anak perusahaan AJB Bumiputera 1912, sangat sarat kepentingan memihak manajemen.
Apalagi e-voting dilakukan hanya berdasarkan nomor polis dan tanggal lahir pemegang polis, hal ini sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki daftar dan data lengkap pemegang polis, hal yang mustahil dimiliki oleh pemegang polis.
“Jadi kita bisa menilai, sebenarnya siapa yang ‘bermain’ dan melakukan kecurangan dalam pemilihan BPA ini. Jadi saya juga meminta seluruh dapil harus kita bongkar. Gampang, tinggal kita urutkan Internet protocol address yang masuk, diurutkan berdasarkan cluster nomor dan mengarah ke calon BPA siapa, disitu akan terlihat siapa yang melakukan kecurangan,” papar Dwi.
“Jika tim ini, entah namanya mau tim Audit Investigasi atau Tim Investigasi mau dibentuk, harus menyentuh sistem dan menelisik sampai ke seluruh dapil pemilihan BPA. Jika hal itu tidak dilakukan, maka saya akan keluar dari tim ini. Karena sejak awal tidak amanah dan tupoksinya telah dikebiri oleh manajemen,” tegas Dwi.
Atas statement tegas ini, Calon ketua tim investigasi Marwoto, serta anggota lainnya yakni Perwakilan PKBI, Bakti, Perwakilan Serikat Pekerja AJB Bumiputera 1912 Rizky Yudha Pratama, Perwakilan Manajemen, Husnul Khotim dan Sanimin meminta agar perwakilan Kornas tetap masuk di tim.
Namun permintaan ini ditolak oleh Dwi Christianto, karena dirinya menilai tim tidak akan menghasilkan hal yang bermanfaat dan tidak akan membuka kesalahan sistem dalam e-voting pemilihan BPA.
Tiba-tiba, hal senada diutarakan oleh Perwakilan AABI Tato Indrawanto, yang merupakan praktisi handal di bidang IT dan telah melanglang buana dalam dunia telematika di tanah air.
“Saya sependapat dengan ibu Prima dan pak Dwi. Sesuai tugas yang diberikan kepada saya, jika penyelidikan ini tidak menyeluruh, maka saya mundur dari tim ini,” tegas Tato.
Tak hanya itu, Prima Kurniawati tenyata menyambut keputusan walk out Dwi Christianto dan Tato Indrawanto dengan pernyataan serupa.
“Ijin ketua, saya juga keluar dari tim, karena memang sudah tidak ada lagi yang bisa dibicarakan dalam rapat-rapat untuk audit investigasi ini,” tegas Prima.
Tanpa basa-basi ketiga perwakilan elemen pemegang polis AJB Bumiputera 1912 itu pun walk out dari rapat dan keluar dari ruangan secara bersama-sama.
Sebagai ketua tim investigasi, Marwoto menyerahkan keputusan kepada masing-masing perwakilan unsur pemegang polis tersebut. Marwoto selanjutnya meminta keputusan walk out tersebut, dinyatakan melalui surat tertulis kepada manajemen AJB Bumiputera 1912 dan ditembuskan kepada tim investigasi. (*/tiwi)