BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Sukono mengatakan perkembangan asuransi bencana letusan gunung api di Indonesia masih sangat minim. Padahal Indonesia sangat rentan terhadap bencana letusan gunung api, sehingga diperlukan pengembangan asuransi risiko gunung api.
“Perkembangan asuransi bencana letusan gunung api selama ini masih langka. Bahkan di dunia pun masih belum banyak juga,” katanya seperti dikutip PASJABAR dari laman unpad, Selasa (25/1/2022).
Ia menjelaskan, asuransi bencana gunung api dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pascabencana. Asuransi ini dapat memberikan jaminan atas risiko kerugian berupa rusaknya tanaman pertanian, matinya hewan ternak, rusaknya pemukiman warga, dan rusaknya infrastruktur yang disebakan oleh letusan gunung api.
Menurutnya, minimnya pengembangan produk asuransi bencana gunung api menjadi tantangan tersendiri terutama bagi pemerintah dan perusahaan asuransi. Sukono memperkirakan, besarnya kerugian dari bencana erupsi membuat perusahaan asuransi tidak cukup berani menanggung risiko tersebut.
Untuk itu, diperlukan kajian yang lebih eksploratif dalam pembentukan produk asuransi bencana gunung api. Akademisi perlu berperan dalam mengkaji hal ini, di antaranya kontribusi dalam pemodelan matematika asuransi bencana gunung api.
“Ini yang perlu menjadi pemikiran kita sebagai ilmuwan untuk bagaimana dari kerugian yang besar itu mungkin bisa kita sekat-sekat atau bagi-bagi menjadi kerugian-kerugian kecil yang bisa dibuat suatu produk-produk asuransi yang lebih menarik bagi masyarakat terutama yang sering mengalami bencana,” imbuhnya.
Bersama tim, Sukono pun telah melakukan penelitian awal mengenai pemodelan matematika untuk asuransi kegunungapian. Penelitian ini diantarannya mengenai pemodelan frekuensi banyak kejadian bencana gunung api, besar kerugian bencana gunung api, hingga perhitungan premi asuransi bencana letusan gunung api. (*/ytn)