BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Paguyuban Pasundan berkolaborasi dengan Universitas Pasundan dan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Penguatan Kompetensi Dakwah Para Da’i Berbasis Kearifan Sunda
pada Sabtu (29/1/2022) di di Aula Mandalasaba dr. Djoendjoenan Lantai 5 Jalan Sumatera No. 41 Bandung.
# Paguyuban Pasundan dan MUI
Kegiatan ini diikuti oleh 200 dai/daiyah dan turut dihadiri oleh Ketua MUI Kota Bandung, Prof. Dr. KH. Miftah
Faridl, MA., Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si, Ketua Lembaga Kebudayaan Unpas,
Dr. H. Wawan Setiawan, M.Sn, Wakil Rektor I Universitas Pasundan, Prof. Dr. H. Jaja Suteja, SE, M.Si, dan lain-lain.

Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. memberikan materi
dengan tema “Peta Jalan Paguyuban Pasundan dalam Merawat dan Melestarikan Budaya Sunda di Era Multi Idiologi”.
# Paguyuban Pasundan dan MUI
Visi Paguyuban Pasundan
Ia memaparkan bahwa Paguyuban Pasundan memiliki visi terwujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki harkat dan martabat 2047.
Hal ini menjadi tujuan karena saat ini, ucap Prof Didi, etik moral bangsa tengah ambruk dan sangat sekuler, sehingga membutuhkan penguatan nilai-nilai agama.
Penguatan nilai agama di masyarakat pun harus ditunjang oleh da’i yang nyantri, nyunda dan nyakola.
“Nyantri artinya kita harus memiliki nilai spiritual karena apapun yang kita lakukan akan dipertanggung jawabkan
kepada Allah SWT, nilai Islam harus menjadi acuan dalam aspek kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara,” ungkapnya.
Adapun nyunda memiliki kecerdasan emosional yang menjadi simbol kesetaraan dengan orang lain untuk
menebarkan kasih sayang, simbol integritas, yang ramah, santun dan toleran. Serta nyakola yaitu kecerdasan intelektual dan artificial.
Paguyuban Pasundan sambung Prof Didi sebagaimana Anggaran Dasar memiliki misi untuk menjaga dan
mengembangkan syiar Islam dan sunda sehingga ke dua hal tersebut dapat berjalan beriringan.
“Kegiatan ini diharapkan dapat membekali para da’i dalam berdakwah, agar dakwah yang dijalankan dapat
berjalan secara lebih efektif, selain nilai-nilai sunda juga bahasa sunda yang digunakan akan lebih dekat dengan
masyarakat, khususnya masyarakat sunda di daerah yang lebih akrab dalam menggunakan bahasa sunda dibandingkan bahasa Indonesia,” tuturnya.
Prof Didi berharap nilai keislaman dan kesundaan akan melekat di dalam diri masyarakat sunda, sehingga sunda
bukan hanya menjadi sejarah tapi ciri identitas dari masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama Plt Wali Kota Bandung, H. Yana Mulyana, SE.menyampaikan apresiasinya atas gelaran acara ini.
Yana mengatakan bahwa Paguyuban Pasundan adalah organisasi yang tepat untuk memahami kearifan sunda,
sehingga kerjasama MUI dan Paguyuban dalam kompetensi dakwah adalah hal yang tepat.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi kalender tetap di MUI kota Bandung maupun Paguyuban Pasundan sehingga akan lebih banyak da’i yang terlibat,” ungkapnya.
Implementasi Dakwah
Yana pun berharap ke depan, dakwah akan lebih mudah dimengerti dan dapat diimplementasikan dengan
semakin baik, dakwah yang lebih sejuk dan tidak menimbulkan pro-kontra apalagi perpecahan.
“Pemkot Bandung memiliki visi menjadi kota yang unggul, nyaman dan sejahtera, jadi, mari ulama, umaro kita bersama-sama untuk mencapai visi tersebut,” imbuhnya.
Sedangkan, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syi’ar Islam (LPPSI) Universitas Pasundan,
Dr. KH. Tata Sukayat, M.Ag., mengatakan bahwa spirit yang dibawa oleh Islam dan sunda adalah sama, yang
pertama dalam keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa, ke dua moralitas perilaku yang baik dan ke tiga, pengetahuan yang tak terpisahkan dalam makna dan nilai.
“Ke depan kami akan merumuskan hasil dari kegiatan ini yang ditunjang dengan kajian keilmuan yang mengacu pada buku-buku yang nantinya membangun sinergitas konstruktif,” ujarnya. (tiwi)