BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Gerakan Mahasiswa (GEMA Pasundan) mengumumkan pemenang “Pasanggiri Mieling Basa Indung” pada Jumat (25/3/2022) di Lantai V Aula Mandala Saba dr. Djoendjoenan Gedung Paguyuban Pasundan Jalan Sumatra no 41 Kota Bandung.
Ketua PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H.M Didi Turmudzi, M.Si. hadir langsung dan turut menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba.
Ia juga menyampaikan apresiasi tinggi terhadap GEMA Pasundan yang sukses menyelenggarakan acara ini.
“Kegiatan ini merupakan gagasan yang luar biasa dengan semangat, motivasi dan tekad sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar,” ucapnya.
Prof Didi juga bercerita bahwa berdasarkan penelitian terhadap budaya di Kota Bandung pada 1970-an, di ketahui bahwa budaya yang dominan di Kota Bandung adalah budaya dalam berbahasa sunda, di mana setiap orang di warung, di jalan di manapun menggunakan bahasa sunda dalam perbincangan sehari-hari.
“Namun saat diteliti lagi pada tahun 1990-an, ternyata budaya berbahasa sunda ini sudah berkurang, jangankan pendatang, orang sunda asli sudna pun sudah jarang menggunakan bahasa sunda dan hal ini menjadi keprihatinan, telah terjadi krisis pemakaian bahasa sunda pada orang-orang sunda,” ungkapnya.
Melihat hal ini, sambung Prof Didi kegiatan “Pasanggiri Mieling Basa Indung” yang digelar oleh GEMA Pasundan sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan semangat dalam melestarikan Bahasa Sunda.
“Insha’Allah mudah-mudahan pasanggiri dari kawih, biantara hingga sajak sunda ini dapat menyerap kepada generasi muda, karena bahasa sunda merupakan bahasa rasa. Semoga ke depan putra putri kita, mahasiswa tidak malu memakai Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sebelumnya GEMA Pasundan juga telah menyelenggarakan talkshow kebudayaan bertajuk “Mieling basa indung dina raraga ngaronjatkeun ajen inajen urang sunda.”
Adapun pasanggiri Mieling Basa Indung melibatkan 4 perlombaan di antaranya Lomba puisi berbahasa sunda, lomba pidato berbahasa sunda, lomba nyanyi pop sunda dan juga lomba penampilan seni budaya daerah.
Acara perlombaan ini di ikuti oleh pelajar SMA/SMK sederajat dan umum, acara ini di ikuti 203 peserta dari 120 sekolah dan dari kategori umum.
Ketua umum GEMA Pasundan Rajo Galan S.Pd menyampaikan acara ini adalah bagian dari kepedulian pemuda pasundan kepada bahasa.
“Ini adalah bentuk kepedulian kami kepada bahasa yang telah membesarkan kami, karena bahasa sunda adalah bahasa pertama yang kami dengar pertama kali saat kami baru terlahir ke dunia ini dan bahasa sunda itu di lontarkan oleh ibu kami yang telah melahirkan kami,” ujarnya.
“Kegiatan ini kami persembahkan untuk negeri yang kami cintai karna menurut kami bahasa adalah aset nasional yang harus terus di pertahankan, bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa, bahasa daerah ini harus terus dijaga dan dirawat oleh para pemuda,” imbuhnya.
Rajo mengatakan bahwa menurut data 2 juta orang dalam 10 tahun penutur bahasa sunda terus berkurang.
“Ini sangat miris sekali kita khawatir anak cucu kita kelak itu merasa asing mendengar bahasa daerah dalam hal ini bahasa sunda,maka dari itu gerakan mahasiswa pasundan ke depan akan konsisten terus menjaga dan merawat bahasa sunda,” ulasnya.
Ia melanjutkan bahwa sudah jelas dalam sumpah pemuda di sampaikan bahasa kita adalah bahasa Indonesia tapi tidak lupa merawat dan menjaga bahasa daerah.
“Ini yang menjadi dasar kami menggelar acara pasanggiri Mieling Basa Indung ini,” ujarnya.
Antusias dari gen z dalam hal ini anak anak SMA/SMK sederajat se Jawa barat lanjut Rajo, sangat tinggi dan juga dari masyarakat umum juga sangat tinggi.
“Tapi kami menyayangkan pemerintah di Jawa Barat ini sangat kurang sekali dalam membantu atau berkolaborasi dalam kegiatan ini padahal acara ini adalah momentum untuk kita menjaga dan merawat budaya kita,” tuturnya.
“Di luar dari itu kami pemuda dan mahasiswa pasundan tidak akan patah semangat untuk terus menjaga serta merawat budaya serta bahasa sunda,” ungkapnya.
Ke depan, terang Rajo, GEMA Pasundan akan membuat sebuah kampung adat di tengah tengah masyarakat perkotaan agar budaya atau adat istiadat tidak identik dengan masyarakat pedesaan.
“Hal ini akan menjadi agenda terdekat kita ke depan untuk terus berupaya menjaga dan merawat budaya,adat istiadat serta bahasa yang kita sangat cintai yaitu bahasa sunda,” tandasnya.
Di samping itu, ia juga berencana untuk menggelar kegiatan terkait kepemimpinan pemuda sunda, hal ini untuk mendorong lahirnya pemimpin sunda asli Jawa Barat yang turut tampil dalam membangun bangsa.
Di tempat yang sama, pemenang favorit lomba, Siswi SMK Yadika Soreang, Nova Sucianti menyampaikan kebahagiaanya bisa meraih juara favorit.
“Senang bisa menjadi juara favorit dan membawa nama sekolah,” ujarnya yang mengikuti lomba lagu pop sunda.
Nova mengatakan bahwa ia memang gemar bernyanyi dan bakatnya ini tertular dari sang ibu yang merupakan seorang penyanyi.
“Ibu saya penyanyi, saya juga senang menyanyi apa saja, termasuk kawih sunda,” ucapnya. (Tiwi)