BANDUNG – Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung menggelar pasar kreatif di enam mall untuk membantu mengembangkan pelaku UMKM di Kota Bandung.
“Ini merupakan tahun ketiga digelar pasar kretaif di Kota Bandung,” terang Kepala Disdagin Kota Bandung Elly Wasliah, kepada wartawan, Jumat (1/7/2022).
Elly mengatakan, kali ini kegiatan tersebut melibatkan 180 UMKM di bidang fashion, kriya dan makanan kemasan. Di mana 50 UMKM di antaranya merupakan pendatang baru.
“Jadi kita juga tidak ingin menimbulkan kesan, bahwa peserta pasar kreatif hanya orang itu-itu lagi,” katanya.
Maka dari itu, dia menyampaikan, setiap tahun pihaknya membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan diri untuk ikut setiap kegiatan Disdagin Kota Bandung.
“Jadi pantengin saja sosial media kami, semua keterangan dan persyaratan ada di sana,” tambahnya.
Umumnya, lanjut Elly, jika tahun ini mendaftar, maka kesempatan untuk ikut acara bisa di tahun berikutnya. Kecuali jika ada peserta yang mengundurkan diri, maka UMKM yang ada di daftar tunggu bisa diikutsertakan.
“Jadi ya kalau sudah mendaftar siap-siap saja,” tuturnya.
Mall yang dijadikan lokasi pasar kreatif adalah, TSM, PVJ, 23 Paskal, Kings, Ciwalk, Festival Citylink.
Dia menyebut, target omsetnya sebesar Rp9 miliar. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya meraup omset Rp6,5 miliar. Padahal tahun sebelumnya digelar di sembilan mall.
“Ya memang tahun ini hanya di enam mall, tapi karena perekonomian kita sudah berangsur pulih setelah dihantam pandemi, jadi saya yakin nominal ini bisa tercapai,” ujar Elly.
Terlebih, Elly menyaksikan sendiri meski baru hari pertama dibuka pasar kreatif di TSM, namun sudah ada stok yang habis terjual.
“Ini menunjukkan, pasar kreatif ini memang dinantikan oleh masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pelaku UMKM yang mengikuti pasar kretaif, Ella, mengaku senang bisa mengikuti acara yang digelar Disdagin ini.
“Sebelum menngikuti pasar kreatif ini, kami harus melalui serangkaian tes. Karena ternyata kami lolos beberapa es, menunjukkan bahwa barang dgangan kami layak dan baik,” ujar Ella.
Ella, berjualan berbagai keripik yang dengan berbahan dasar daun papaya dan dauh singkong. Pengolahan ke dua jenis daun ini berbeda dengan yang lainnya. Sehingga ketika dijual memiliki harga jual yang berbeda.
“Kalau untuk daun papaya, kita berusaha untuk menngurangi rasa pahitnya. Walaupun memang tidak bisa dihilangkan seluruhnya, karena ternyata rasa pahit itu mengandung zat yang baik untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Menurut Ella, salah satu tes yang harus dilalui adalah uji bebas glutamin. Sehingga makanan yang diproduksinya mendapat label free glutamin.
Ella sendiri memulai usaha ini Ketika dirinya melihat banyak daun papaya dan daun singkong yang dibuang percuma.
“Rumah saya kan dekat dengan pasar Andir jadi sering lihat daun papaya dan daun singkong yang masih bagus terbuang begitu saja. Sehingga saya tergerak untuk bisa menngolahnya menjadi makanan sehat dan bisa memiliki nilai ekonomi,” paparnya. (put)