BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pemasangan panel surya (PLTS) sebesar 6 kWp di Kawasan Konservasi Elang Kamojang dilakukan oleh lima orang perwakilan dari Society of Renewable Energy Institut Teknologi (SRE ITB) pada Jumat dan Sabtu (22-23/7/2022).
Proyek tersebut merupakan salah satu dari sebelas titik pemasangan PLTS dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT Pertamina Persero.
Kegiatan ini bekerja sama dengan SRE nasional dalam rangka mendukung Presidensi G20 yang akan diadakan di Bali pada November mendatang.
SRE Nasional diberikan kepercayaan sebagai Indonesian Youth Representative untuk turut berkontribusi dalam rangkaian kegiatan menyambut G20 Summit Bali.
SRE Nasional sendiri merupakan salah satu organisasi yang menjadi cermin Indonesia dalam gerakan pemuda di sektor energi dan lingkungan.
Pemasangan ini dilakukan untuk mengaliri listrik secara penuh di daerah sekitar Konservasi Elang Kamojang di Garut, Jawa Barat menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan.
Hingga saat ini, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia masih bertahan di angka 12.8 persen secara nasional. Usaha yang dilakukan oleh SRE ini menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.
Penggunaan Panel Surya Bantu Mereduksi Emisi Karbon
Penggunaan panel surya ini juga membantu mereduksi 7.8 kg emisi karbon dioksida yang dilepaskan ke udara setiap tahunnya. Selain berdampak secara nasional, pada skala regional kegiatan ini juga memberikan dampak positif baik bagi penduduk sekitar maupun para pengunjung.
Warga dapat merasakan listrik gratis dan ramah lingkungan. Sementara itu, Pusat Konservasi Elang Kamojang dapat menjadi wahana pembelajaran bagi masyarakat yang berkunjung.
Afgan Megantara, presiden SRE ITB 2022/2023 mengatakan, listrik dengan total kapasitas 6 kWp dihasilkan dari pemasangan 11 panel surya kapasitas 54 Wp dengan sistem off-grid. Posisinya diletakkan dengan sistem grounding di tanah.
Ia menjelaskan pada hari pertama pemasangan, dilakukan penyesuaian tempat terhadap objek sekitar seperti pohon-pohon dan joglo agar meminimalisir terkena bayangan sehingga panel surya dapat menerima energi matahari secara optimal. Setelah itu, dilakukan juga pemasangan dengan batako dan mounting.
Sementara itu, instalasi kabel dan operasi kelistrikan lainnya dilakukan pada hari kedua, dengan penguburan kabel di dalam tanah dan perancangan skema listrik sehingga energi matahari yang diterima panel surya dapat dikonversi menjadi energi lisrik dan disimpan dalam bentuk baterai.
Rintangan Dalam Pemasangan PLTS
Tentu saja dalam pelaksanaannya, Afgan dan Tim Gerilya harus mengatasi berbagai rintangan dalam pelaksanaannya.
Mahasiswa tingkat tiga program studi Teknik Mesin ini mengungkapkan sulitnya akses perjalanan ke lokasi, sehingga mereka harus berangkat dari pagi buta dan selesai lebih awal untuk beristirahat.
Jalan di sana juga belum dilengkapi lampu jadi mereka harus kembali sebelum petang. Meski begitu, pengalaman ini menjadi salah satu yang paling berkesan dan menjadi katalis untuk proyek-proyek luring selanjutnya yang akan dilakukan SRE ITB selama tahun-tahun mendatang.
“Tentunya kami senang dan bangga bisa menjadi bagian dari program ini. Kami dapat terlibat langsung dan berpartisipasi pada isu dunia internasional yang sekarang lagi hangat diperbincangkan dan melakukan aksi nyata. Semoga warga desa sekitar bisa mendapatkan manfaat dan edukasi dari program ini,” ungkap Afgan.
Ia juga berharap, semoga ke depannya semakin banyak dampak positif yang dapat diberikan oleh SRE ITB untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat sekitar. (*/ran)