BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Perang Rusia-Ukraina telah menimbulkan banyak tekanan pada perekonomian global, termasuk harga minyak bumi. Sebagai negara net-importer minyak, Indonesia pun tentu mengalami imbasnya.
Menurut data, pemerintah harus menggelontorkan biaya sebesar 502 triliun rupiah sebagai subsidi komoditas energi, seperti BBM, listrik, dan gas.
Keputusan ini harus diambil agar tidak membebani masyarakat kelas menengah ke bawah yang baru saja dapat “bernafas” pascaperiode stagnasi dan resesi. Karena nilai subsidi yang besar tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan bijak menggunakan subsidi energi.
Ketua Pusat Penelitian Energi Baru dan Terbarukan ITB, Dr. Yuli Setyo Indartono, menjelaskan bahwa fluktuasi harga minyak yang tengah terjadi bukanlah kali pertama. Sejak tahun 1970, setidaknya sudah ada enam kali terjadi peristiwa ketidakstabilan harga sehingga di masa depan pun, tidak ada yang bisa menjamin kemapanan perekonomian negara.
Oleh karena itu, dibutuhkan upaya antisipatif untuk mencegah adanya fluktuasi harga minyak berikutnya.
Pakar ITB ini menjelaskan transportasi merupakan sektor pengguna energi terbesar, yaitu 45,76 persen dari total konsumsi energi nasional. Pada sektor tersebut, bahan bakar yang sebagian besar digunakan adalah BBM, sedangkan sebagian kecilnya blending fuel (gasoil dan biodiesel).
Selain itu, lanjut Dr. Yuli, sektor rumah tangga juga menjadi pengonsumsi bahan bakar fosil terbesar ketiga (16,98 persen). Data menyebutkan, sebanyak 96 persen dari total konsumsi LPG nasional dihabiskan oleh sektor rumah tangga. Sebenarnya, sektor industri menduduki peringkat kedua dalam hal konsumsi energi nasional (31,11 persen). Namun tidak sebesar kedua sektor sebelumnya untuk konsumsi bahan bakar fosil.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB itu menjelaskan, potensi fluktuasi harga energi dapat ditekan dengan cara mengurangi konsumsi BBM di sektor transportasi dan LPG di sektor rumah tangga.
“Pengurangan BBM di transportasi bisa dilakukan dengan tiga cara: peningkatan penggunaan biofuel, elektrifikasi kendaraan bermotor, serta perbaikan transportasi massal. Sementara itu, di sektor rumah tangga, penggunaan kompor listrik dapat berperan mengurangi konsumsi LPG,” tutur Dr. Yuli dalam keterangan tertulis yang diterima Humas ITB yang dikutip dari lama itb.acid, Senin (22/8/2022). (*/ran)