BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Pelaksanaan mudik biasanya dimulai dari beberapa hari sebelum Lebaran. Mudik dapat dilakukan dengan menggunakan transportasi darat, laut, maupun udara. Meski telah menjadi momen penting yang ditunggu, namun tradisi mudik ini tak lepas dari berbagai persoalan. Salah satu yang menjadi momok adalah kemacetan di saat mudik.
Kemacetan ketika mudik menjadi sebuah permasalahan yang tak kunjung usai di setiap tahunnya. Berdasarkan laporan dari Kemenhub, prediksi puncak mudik nasional terjadi pada Sabtu 6 April 2024 sebanyak 23,2 Juta orang (11,98%), Minggu 7 April 2024 sebanyak 23,1 Juta orang (11,94%), serta H-2 atau Senin 8 April 2024 sebanyak 26,2 juta orang (13,7%).
Bukan Hanya Terjadi di Indonesia
Pakar Tata Kota dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), Dr. I Gusti Ayu Andani, S.T., M.T., mengatakan bahwa fenomena mudik merupakan sebuah perjalanan massal orang-orang ke kampung halaman mereka untuk merayakan hari besar atau festival. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara lain.
“Seringkali terkait dengan perayaan tradisional atau liburan nasional. Seperti Lunar New Year di China atau Thanksgiving di Amerika,” ujarnya pada Kamis (4/4/2024) yang dilansir dari itb.ac.id.
Menurutnya salah satu alasan utama seseorang pindah ke kota adalah mencari pekerjaan, pendidikan yang lebih baik, dan akses ke layanan serta fasilitas. Proses tersebut, seiring dengan berjalannya waktu dapat menciptakan konsentrasi populasi di wilayah perkotaan.
Ketika memasuki musim mudik, masyarakat yang ada di perkotaan pun berbondong-bondong untuk kembali ke tempat asalnya. “Mudik terjadi sebagai akibat langsung dari urbanisasi ini, karena individu yang telah pindah ke kota besar ingin kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan hari raya dengan keluarga dan teman,” katanya.
Maka tak heran, terjadilah kemacetan pada saat musim mudik ini. Lantaran adanya arus perpindahan sementara dari masyarakat yang tinggal di kota, lalu kembali ke tempat asalnya dengan jumlah yang sangat banyak.
Beliau menyebut penyebab kemacetan saat mudik sangat beragam dan kompleks. “Di kota besar, sebut saja Jakarta dan Bandung, pada hari-hari biasa saja arus lalu lintas sudah sangat padat. Bisa dibayangkan, saat mudik, volume lalu lintas melonjak sangat signifikan. Jalan-jalan di beberapa kota mungkin tidak dirancang untuk menangani volume lalu lintas yang begitu besar,” ungkapnya.
Penyebab Kemacetan Saat Mudik
Lantas, mengapa saat mudik kemacetan menjadi sebuah hal yang tidak lagi dapat terhindarkan? Pertumbuhan kota yang cepat dan tidak terkontrol, tanpa rencana tata ruang yang memadai, dapat menyebabkan pembangunan yang menyebar (urban sprawl) dengan infrastruktur yang tidak memadai untuk menunjang mobilitas yang efisien.
Kemudian, dia mengatakan kurangnya integrasi antara berbagai moda transportasi publik dan konektivitas menuju pusat-pusat permukiman menyebabkan banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang menambah volume lalu lintas. Hal ini ditambah pula dengan manajemen lalu lintas yang kurang efisien dalam mengatur arus kendaraan. Sebut saja kurangnya petugas untuk mengatur lalu lintas, sistem lampu lalu lintas yang tidak disesuaikan dengan volume kendaraan, atau kekurangan rambu-rambu lalu lintas yang memadai.
“Di beberapa daerah, mungkin ada sedikit atau tidak ada alternatif rute untuk mencapai tujuan tertentu, yang berarti semua lalu lintas terpaksa melewati beberapa titik choke yang sama dan memperparah kemacetan,” tuturnya.
“Jalan-jalan yang dalam kondisi buruk juga dapat memperlambat lalu lintas dan menyebabkan kemacetan, terutama ketika kendaraan harus mengurangi kecepatan atau menghindari lubang dan kerusakan jalan lainnya,” lanjutnya.
Belum lagi di beberapa titik yang dilalui pemudik pun seringkali muncul berbagai aktivitas. Contohnya pasar tumpah yang dapat mengurangi kecepatan berkendara.
Beliau juga menilai volume lalu lintas saat mudik sangat tinggi dan belum sebanding dengan kapasitas jalan yang tersedia. Termasuk dari segi kualitasnya. Terlebih, arus mudik di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi.
Selain masalah infrastruktur yang belum memadai, beliau juga menilai masalah urbanisasi atau banyaknya masyarakat dari desa yang pindah ke kota dapat menjadi salah satu pemicu kemacetan yang tidak terelakkan saat musim mudik. Hal ini tentunya bukan hanya menjadi fokus dari pemerintah pusat saja, namun perlu sinergi dari berbagai pihak. Termasuk pemerintah daerah, dinas-dinas terkait, komunitas, serta masyarakat untuk dapat menangani masalah tersebut. (ran)