KOTA BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Perguruan tinggi punya punya peran penting meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk mengantisipasi triple disrupsi yang terjadi saat ini.
Demikian disampaikan Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja saat memberikan kuliah umum di STIA LAN Bandung, Senin (29/8/2022).
Menurut Setiawan, perguruan tinggi adalah instansi paling kuat terhubung dengan sumber daya manusia (SDM). Sejumlah hal penting yang mesti diperhatikan perguruan tinggi antara lain cognitive ability (kemampuan kognisi), system skill (keahlian dalam sistem), complex problem solving (kemampuan memecahkan masalah), content skills (skill konten), hingga process skills (kemampuan berproses).
“Adapun skills of today and tomorrow (keahlian sekarang dan esok) adalah IT, yang jadi skill dasar yang harus bisa kita pahami,” ujar Setiawan Wangsaatmaja.
Peran Perguruan Tinggi Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan
Lebih jauh peran perguruan tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan di Jawa Barat, antara lain mampu mendorong mahasiswanya untuk dapat kreatif dan inovatif.
“Urgensi inovasi karena saat ini fenomena sudah terjadi yang dinamakan triple disrupsi. Pertama kita memasuki era industri 4.0, yang disambung society 5.0. Lalu disrupsi akibat climate change (perubahan iklim), dan yang kita tahu bersama adalah pandemi COVID-19,” tutur Setiawan.
Contohnya, kata Setiawan, penerapan literasi digital kepada pelaku UMKM, dapat mendorong pasar lebih luas dan memberikan dampak positif bagi penjualan produk.
“Produk UMKM yang kalau dijajakan manual siapa sih yang akan hadir secara fisik, maka dengan literasi digital mereka dapat memasarkan produk secara online,” sambung dia.
Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 210,03 juta pengguna internet di dalam negeri pada periode 2021- 2022. Jumlah itu meningkat 6,78 persen dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebesar 196,7 juta orang.
“Kita punya potensi luar biasa, Kita boleh mempelajari apapun tapi sentuhan teknologi harus masuk,” ucap Setiawan.
“Dengan pengelolaan modern, kita harus pahami betul apa itu business process, itulah reformasi,” tambahnya.
Bicara prioritas pembangunan di Jabar yang punya penduduk seperlima penduduk Indonesia, yakni 48,27 juta jiwa. Setiawan menyebut berdasarkan hasil studi konsultan manajemen internasional Oliver Wyman, terdapat tujuh peluang yang harus direbut Jabar.
Pertama, trade war atau perang dagang. Fenomena belakangan banyak pengusaha di China dan Singapura yang hengkang karena kondisi COVID-19 dan alasan lainnya. Maka, kata Sekda, Jabar harus segera menangkap peluang ini. Dengan menjadikan Jabar wilayah yang ramah terhadap investasi.
Saat ini Pemda Provinsi Jabar bersama pihak terkait sedang merancang Kawasan Rebana, yang mencakup pelabuhan Patimban di Subang, bandara Kertajati di Majalengka, serta pusat logistik di kawasan Cirebon.
“Kami menyiapkan Kawasan Rebana, mencakup Pelabuhan Patimban, Bandar Udara Kertajati, dan pusat logistik di Cirebon, Rebana ini adalah the future of West Java,” katanya.
Kedua, Jabar harus merebut pusat logistik yang independen. Ketiga layanan kesehatan bertaraf internasional.
Keempat, automatisasi. Kelima digital inovasi. Keenam suistainability, atau bisnis yang keberlanjutan. Ketujuh yakni pariwisata.
“Inilah yang akan dikelola adik- adik (mahasiswa) semua nantinya. Potensi yang ada ini bagaimana kita harus kelola,” ucapnya. (*/Nis)