Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Pemerintah tengah optimalkan produksi dan hilirisasi tanaman sorgum sebagai alternatif pengganti gandum dan diversifikasi makanan pokok untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Kandungan protein dan karbohidrat dalam biji sorgum cukup tinggi. Selain itu, dibanding bahan pangan lainnya, penanaman dan perawatan sorgum juga lebih mudah.
Hal ini disampaikan Guru Besar Bidang Analisis dan Keamanan Pangan Universitas Pasundan Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si. yang lima tahun ke belakang fokus meneliti dan mengembangkan sorgum.
Sorgum mampu bertahan di lahan kering, sehingga tidak memerlukan banyak air. Dari hasil uji coba Prof. Wisnu, sorgum juga bisa tumbuh di segala tempat, bahkan daerah beriklim dingin sekalipun.
“Masa panennya pun lebih singkat, hanya butuh 2,5 – 6 bulan dan satu pohon bisa tiga kali panen. Satu hektar lahan umumnya menghasilkan 6 – 8 ton biji sorgum dengan biaya produksi yang terhitung murah,” ujarnya, dikutip dari Podcast Unpas Talk, Selasa (1/11/2022).
Dari proses penanaman, pemeliharaan, hingga panen, petani sorgum hanya butuh biaya sekitar 7 juta rupiah. Tak hanya biji sorgum yang bisa dijadikan olahan pangan, petani juga diuntungkan dengan pemanfaatan bagian tanaman lain.
“Sorgum ini zero waste karena semua bagian tanaman bisa dimanfaatkan. Daunnya tinggi nutrisi, cocok untuk pakan ternak hijauan, nira dari batangnya dapat dibuat gula, ampasnya kemudian diolah menjadi bioenergi,” tambah Prof. Wisnu.
Selama penelitian, Prof. Wisnu telah membuat 14 produk dari bahan baku biji sorgum, yaitu tepung, kecap, tempe, gula cair, gula kristal, beras analog, beras sorgum, pop sorgum, mi kering, mi basah, brownies, tengteng, cookies, dan cheese stick.
Gula sorgum, lanjut dia, mengandung indeks glikemik yang lebih rendah, sehingga aman dikonsumsi penderita diabetes. Produk olahan sorgum juga bebas gluten.
Untuk membantu petani sorgum, Prof. Wisnu bersama tim dan mahasiswanya juga membuat inovasi mesin perontok, mesin pencacah, dan mesin penepung sorgum. Alat tersebut dihibahkan ke Kampung Sorgum Pameungpeuk yang jadi lokasi penelitiannya.
“Alhamdulillah mesin-mesin tadi membantu meningkatkan kapasitas produksi mereka. Hasil tepungnya lebih halus meskipun belum sehalus tepung terigu, ke depan saya akan memodifikasinya supaya lebih sempurna,” terangnya.
Agar sorgum menjadi bahan pangan pokok di samping beras, menurutnya perlu ada kesadaran bersama untuk mulai membudidayakan sorgum. Jika kapasitas produksi diperbanyak, harga sorgum bisa lebih terjangkau dan dipertimbangkan masyarakat.
“Pemerintah juga harus sepenuhnya pro terhadap pangan lokal, lahannya mesti diperluas, jangan malah dialihfungsikan untuk infrastruktur yang lain. Lahan yang tidak produktif bisa diberikan ke masyarakat untuk budidaya tanaman pangan lokal,” tandasnya. (*/Nis)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…