YOGYAKARTA, WWW.PASJABAR.COM – Beberapa hari sebelum terjadi gempa di Kabupaten Cianjur, Tim Peneliti Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol (SSTK) Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengklaim telah mendeteksi gejala.
Dilansir dari ANTARA pada Selasa (29/11/2022), Ketua Tim Peneliti Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol (SSTK) UGM Prof Sunarno mengatakan gejala tersebut tertangkap melalui sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) gempa bumi yang dikembangkan. Sistem tersebut mengukur konsentrasi gas radon dan groundwater level 1-3.
“Data pengukuran konsentrasi gas radon dilakukan mulai tanggal 1 November 2022 hingga tanggal 22 November 2022 di stasiun telemonitoring konsentrasi gas radon Daerah Istimewa Yogyakarta,” katanya.
Dia menjelaskan konsentrasi gas radon mengalami kenaikan hingga lebih dari sembilan kali lipat sebelum kejadian gempa bumi di Bengkulu berkekuatan magnitudo 6,8 pada 18 November 2022. Serta sebelum gempa di Kabupaten Cianjur dengan magnitido 5,6 pada 21 November 2022.
Sunarto menjelaskan, berdasarkan algoritma prediksi waktu terjadinya gempa bumi yang diintegrasikan dengan pesan otomatis melalui aplikasi Telegram, terdapat peringatan pada sistem peringatan dini gempa bumi yang telah dirancang oleh tim peneliti. (*/ran)