PASBANDUNG

Cerita Mahasiswa Unpas Di Jerman: Dari IISMA Awardee Sampai Keliling Eropa

ADVERTISEMENT

Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Menjadi bagian IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) merupakan mimpi besar bagi banyak mahasiswa Indonesia.

Mendengarkan cerita perjalanan dan proses IISMA awardee selama berkuliah di perguruan tinggi terkemuka dunia meningkatkan gairah mahasiswa untuk merasakan kuliah di luar negeri secara cuma-cuma.

Mahasiswi program studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Pasundan yang lolos IISMA 2022 di Humboldt-Universität zu Berlin, Jerman, Maria Alfa Febyola berbagi pengalamannya hingga dia bisa menembus IISMA di belahan bumi Eropa.

Persyaratan Administrasi

Di Humboldt-Universität zu Berlin, Maria belajar selama satu semester. Ia melewati tiga tahapan seleksi, yaitu seleksi administrasi, tes kebangsaan, dan wawancara.

Dokumen yang diperlukan meliputi surat rekomendasi, sertifikat kemahiran bahasa Inggris (TOEFL/IELTS/Duolingo), transkrip nilai dalam bahasa Inggris, deklarasi non-pendaftaran dalam program pertukaran/pertukaran siswa internasional/non-online, dan surat pernyataan bebas narkoba.

Alasan Maria memilih Humboldt-Universität zu Berlin sebagai universitas tujuan salah satunya karena terdapat durasi belajar (study period) yang setiap semester berakhir pada Desember 2022. Mengingat dirinya sudah memasuki semester akhir, ia ingin program pertukaran mahasiswa ini tidak mengganggu skripsinya.

“Buat yang mau daftar, dari sekarang harus mulai belajar bahasa Inggris dan menulis esai yang baik. Kuasai teknik interview supaya enggak grogi dan bisa menonjolkan kelebihan diri kita,” katanya, dikutip dari podcast Unpas Talk, Sabtu (28/1/2023).

Persiapan Menghadapi Culture Shock

Sebelum berangkat, ia rajin membaca artikel dan menonton video tentang kehidupan di Jerman. Hal ini ia lakukan agar nantinya tidak kaget dengan kultur dan cara hidup di Jerman.

Belum lagi perbedaan waktu, cuaca, makanan, etika berkomunikasi, dan hal-hal lain yang menuntutnya untuk cepat beradaptasi.

“Selain suhu dan cuaca, saya merasa tidak ada kesulitan adaptasi, karena saya sudah growing up dan terbiasa melihat keseharian mereka dari internet, jadi tinggal diaplikasikan saja,” jelas Maria.

“Culture shock-nya justru ketika pertama kali sampai di bandara dan mau menuju ke asrama. Saya naik taksi, berasa jadi sultan karena mobilnya BMW. Kalau di Indonesia, BMW kan identik dengan luxury,” kelakarnya.

Tantangan

Meski tidak mengalami kesulitan yang berarti karena beberapa hal sudah dipersiapkan, namun Maria mengakui setelah sampai di Jerman ia masih menghadapi kendala, terutama membiasakan diri berbicara dengan bahasa Jerman dan adaptasi cuaca.

“Di Jerman, akhir tahun sudah masuk musim dingin, jadi jam 4 sore sudah gelap. Saya sempat takut kena seasonal depression karena kondisi itu walaupun lama kelamaan terbiasa,” tutur mahasiswi asal Kabupaten Bintan ini.

Maria menuturkan, pendaftar IISMA memang tidak diwajibkan untuk menguasai bahasa negara yang dituju. Tapi, ia tetap belajar percakapan sehari-hari dalam bahasa Jerman agar bisa berbaur dengan masyarakat dan mahasiswa.

Perkuliahan

Saat di Jerman, ia harus belajar lebih ekstra hingga benar-benar memahami materi perkuliahan. Berbeda dengan di Indonesia, biasanya ia hanya cukup membaca materi 1-2 kali.

“Saya mesti going extra miles buat belajar, karena mata kuliah yang saya ambil di sana tidak sepenuhnya linear dengan expertise saya di Unpas, jadi sebelum pembelajaran dimulai harus baca banyak referensi dan itu menimbulkan kebiasaan baik juga buat kita,” katanya.

Kehidupan Sehari-hari

Setiap bulan, Maria mendapatkan uang saku dari program IISMA sebesar 1.100 euro atau sekitar 17 juta rupiah. Jumlah tersebut menurutnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sambil menyelam minum air, Maria tak mau menyia-nyiakan waktu selama berada di benua Eropa. Ia menyisihkan uang sakunya untuk berlibur ke negara lain seperti Austria, Hungaria, Praha, hingga Prancis.

“Kalau ada waktu luang, saya juga menghabiskan waktu ke museum, perpustakaan, dan berkeliling kota Berlin,” lanjutnya.

Perkenalkan Budaya Indonesia

Maria bersama IISMA Awardees di Humboldt-Universität zu Berlin, PPI Berlin Brandenburg, Rumah Budaya Indonesia Berlin, dan KBRI Berlin memperkenalkan budaya Indonesia lewat persembahan A Glimpse of Indonesia: A Night of Valor.

“Kegiatan in” merupakan puncak acara budaya untuk memperingati Hari Pahlawan di Berlin. Penonton disuguhi pertunjukan budaya, seperti fashion walk nusantara dan film pendek tentang pahlawan untuk memperkenalkan nilai dan keunikan budaya Indonesia,” tutupnya. (*/Nis)

Nissa Ratna

Recent Posts

Bio Farma dan Gates Foundation Berkolaborasi

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Bio Farma, induk holding BUMN Farmasi Bio Farma Group, pada tanggal 25…

3 menit ago

Peringati Hari Guru SMA Pasundan 2 Bandung Gelar Kreativitas Siswa untuk Guru

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Guna memperingati Hari Guru, SMA Pasundan 2 Bandung gelar kreativitas siswa untuk…

48 menit ago

Erick Thohir: Negara Ini Tidak Terbelakang

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir meminta agar FIFA dan AFC melihat fakta keamanan…

1 jam ago

Bupati Bandung Komit Tingkatkan Pendidikan, Agraria, dan Kesejahteraan Warga

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Bupati Bandung Dadang Supriatna menyerahkan ijazah sekolah paket A, B dan C,…

2 jam ago

Ramalan Roberto Mancini Perlahan Terbukti

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Eks pelatih Timnas Arab Saudi, Roberto Mancini  tak henti-hentinya menjadi peramal bagi…

2 jam ago

Polisi dan Bhayangkari Terobos Banjir Dayeuhkolot untuk Salurkan Bantuan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pihak kepolisian bersama ibu-ibu Bhayangkari Ranting Dayeuhkolot menggunakan perahu untuk memberikan bantuan…

3 jam ago