Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Keterbatasan bukan menjadi halangan. Semangat itulah yang dihadirkan Ketua RW 02 Cipamokolan, Aang Suhara kepada seluruh warganya.
Berkat kolaborasi, ia mampu mematok biaya iuran sampah hanya Rp10.000 per bulan. Ia bahkan mengklaim jika di Kota Bandung, sulit ditemukan wilayah yang iurannya semurah itu.
“Saya komitmen tidak akan naikkan iuran selama menjadi RW. Iurannya maksimal Rp10.000 per bulan. Ini bukan untuk biaya operasional, tapi murni untuk gaji para petugas kebersihan. Sedangkan untuk operasional pengolahan sampah, kita maksimalkan CSR,” ujar Aang seusai acara Sosialisasi Kang Pisman, Minggu 21 Mei 2023.
“Mengubah sampah menjadi berkah” adalah motto Aang beserta warga RW 02 Cipamokolan. Sampah anorganik dikelola dengan program Sedekah Sampah. Hasil penjualannya dijadikan sebagai sedekah untuk petugas sampah.
“Sedangkan organiknya kita olah untuk pakan magot. Magot ini jadi pakan lele dan ayam. Sedangkan kasgot bisa digunakan untuk tanaman,” ucapnya.
Di RW 02 Cipamokolan juga memiliki program Bumanik (budidaya maggot dan pupuk organik) yang ternyata telah bekerjasama dengan Pertamina selama 5 tahun. Dari kerja sama ini, RW 02 Cipamokolan mendapatkan mesin pencacah, mesin pelet, bahkan Triseda (kendaraan roda tiga) untuk mengangkut sampah.
“Kami juga dikasih ayam beserta kandangnya, semuanya difasilitasi oleh Pertamina. Alhamdulillah tiap hari itu ada terus ayam yang bertelur. Dari 96 ayam per hari menghasilkan 4 kg telur,” jelasnya.
Bahkan dalam waktu dekat, pihaknya akan mendapatkan bantuan lagi dari Pertamina sebanyak 140 ayam petelur.
Menurutnya, para pengurus RW harus rajin mencari perusahaan-perusahaan yang konsen terhadap lingkungan. Selain itu kunci dari lolosnya proposal program adalah harus sudah punya program yang berjalan.
“Harus sudah punya aksi, meski modalnya sedikit. Sehingga saat kita menyerahkan proposal sudah tidak bingung apa kegiatannya, apa yang sudah dilakukan. Saat presentasi dan pertanggungjawabannya nanti enak,” akunya.
CSR tak hanya ia jalin bersama Pertamina, tapi juga sejumlah lembaga lain seperti Baznas dan PIPPK. Proposal Baznas ia tawarkan program kesehatan.
“Kami dikasih septic tank komunal karena 86 KK di sini masih buang hajat ke sungai. Septic tank komunal ini skala kecil saja. Untuk 5 KK kami dapat 12 buah dari Baznas. Lalu yang 13 lagi dari PIPPK, karena kami ajukan program itu juga,” paparnya.
Selain bantuan CSR, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun ikut membantu dengan memberikan troli bak sampah atau tong sampah.
“Kami selalu CSR nya itu dalam bentuk barang, tidak dalam bentuk uang karena itu terlalu sensitif dan bisa menimbulkan kecurigaan di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Bahkan, lahan yang saat ini digunakan untuk mengolah sampah pun sebenarnya bukan milik RW setempat, melainkan milik Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
“Ada lahan 50 tumbak, bukan tanah kami, tapi punya BPK. Kami ajukan juga ke mereka untuk pinjam lahan. Sudah 6 tahun kami meminjam lahan tersebut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat seperti lapang voli, Buruan Sae, dan pengolahan sampah ada semua,” tuturnya.
Sehingga ia berpesan untuk seluruh masyarakat terutama kepada pengurus RW agar jangan mengandalkan iuran wajib warga. Perluas relasi dengan kolaborasi agar permasalahan di lingkungan bisa diselesaikan secara bersama-sama.
“Ayo kita coba cari perusahaan yang konsen terhadap lingkungan. Jangan merasa terbatas dengan keadaan sarana prasarana. Ayo semangat menjalin relasi untuk berkolaborasi bersama,” imbuhnya. (*/Nis)