BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Webinar Nasional bertajuk “Inovasi Teknologi Tepat Guna dalam Pengolahan Sorgum untuk Mendukung Kemandirian Pangan” diselenggarakan untuk membahas potensi sorgum sebagai bahan pangan alternatif dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Dua narasumber utama, Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si dari Universitas Pasundan dan Sandi Darniadi, Ph.D dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan pandangan mereka tentang sorgum sebagai komoditas strategis dan teknologi pengolahannya.
Prof. Wisnu Cahyadi memulai dengan menjelaskan pentingnya sorgum sebagai salah satu alternatif pangan yang berpotensi besar.
“Sorgum merupakan tanaman yang adaptif, dapat tumbuh di lahan kering dengan kebutuhan air yang jauh lebih rendah dibandingkan tebu. Ini menjadikannya salah satu pilihan utama untuk daerah-daerah yang rawan kekurangan bahan pangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa sorgum bukan hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai bahan baku industri pakan dan energi.
“Dari batang sorgum, kita bisa menghasilkan bioetanol, yang sangat penting dalam diversifikasi energi terbarukan. Ini membuka peluang besar bagi Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” kata Prof. Wisnu.
Pengolahan Sorgum dengan Teknologi Tepat Guna

Sandi Darniadi dari BRIN kemudian menambahkan bahwa proses pengolahan sorgum membutuhkan teknologi tepat guna yang efisien dan mudah diakses.
“Kami telah merancang mesin roller press untuk mengekstrak nira dari batang sorgum, evaporator vakum untuk menghasilkan gula cair, serta open pan cooker untuk memproduksi gula semut. Dengan teknologi ini, petani kecil dan pelaku usaha menengah bisa mengolah sorgum dengan lebih mudah dan efisien,” ujarnya.
Proses pengolahan ini, kata Sandi, mampu memberikan hasil yang signifikan.
“Rendemen gula semut dari nira sorgum manis dapat mencapai 26%, dan gula cair yang dihasilkan bisa mencapai kandungan gula 70% Brix, menjadikan sorgum sebagai komoditas yang bernilai tinggi,” tambahnya.
Lebih jauh, Sandi menjelaskan bahwa upaya riset terus dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengolahan sorgum.
“Kami tidak hanya berhenti di sini, riset ini berkelanjutan hingga tahun 2025-2029 dengan fokus pada pengembangan mesin semi-otomatis untuk pabrik mini gula sorgum. Ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menciptakan produk diversifikasi berbasis sorgum,” ungkapnya.
Kedua narasumber juga menekankan bahwa pemanfaatan sorgum sangat relevan di tengah tantangan krisis pangan global.
“Saat ini, Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap kekurangan pangan. Dengan memaksimalkan pemanfaatan sorgum, kita dapat mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi petani,” tutur Prof. Wisnu.
Webinar ini memberikan wawasan tentang bagaimana teknologi tepat guna dapat mengoptimalkan potensi sorgum, tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga sebagai sumber energi.
“Sorgum bisa menjadi masa depan pangan dan energi Indonesia, tetapi perlu ada kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, petani, dan akademisi untuk mewujudkannya,” tutup Sandi. (han)