BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Penjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung, Dharmawan, menyatakan optimisme bahwa Bandung dapat tumbuh menjadi kota tanpa sampah.
Pernyataan ini disampaikannya saat meninjau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Simpel atau Simpangsari Peduli Lingkungan di RW 01 Simpangsari, Kelurahan Sukamiskin, pada Sabtu (26/10/2024).
Dharmawan menegaskan bahwa langkah ini memerlukan gerakan nyata dari seluruh lapisan masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah dalam mengelola sampah.
Pemkot Bandung saat ini berupaya mengurangi jumlah pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, dari semula 170 ritase per hari menjadi 140 ritase.
Untuk mewujudkan ini, Pemkot Bandung mendorong seluruh masyarakat untuk mempraktikkan pemilahan sampah melalui slogan “Tidak Dipilah Tidak Diangkut,” agar sampah dipilah sejak dari rumah.
Dharmawan mengapresiasi TPST Simpel atas kolaborasinya dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.
“Kolaborasi kita dalam pengelolaan sampah sangat penting. Jika kita bersinergi, hasilnya akan luar biasa, karena persoalan sampah adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah akan menyusun regulasi yang mendukung,” ujar Dharmawan, dilansir dari Pemkot Bandung.
Ia menekankan pentingnya setiap lapisan masyarakat, serta pemerintah, untuk mengambil peran sesuai kebutuhan di lapangan.
“Kami membutuhkan dukungan dari semua pihak. Semua pihak bergerak bersama. Kesadaran memilah sampah masyarakat harus terus tumbuh, dan kewilayahan harus gencar melakukan sosialisasi,” ujarnya.
Ketua RW 01 Simpangsari, Wawan Setiawan, menyampaikan bahwa pengolahan sampah mandiri di wilayahnya telah dilakukan sejak 2021.
Di wilayah ini, sampah organik diproses dengan bio konversi maggot, yang juga menghasilkan kasgot sebagai produk bernilai ekonomi.
Wawan menjelaskan bahwa sampah di wilayahnya tidak ada yang diangkut ke TPA, karena telah habis diproses melalui beberapa metode:
- Sampah organik diproses oleh maggot;
- Sampah anorganik dijual;
- Sampah residu dibakar menggunakan insenerator mini yang ramah lingkungan.
“Kami tidak hanya memelihara maggot, tetapi juga memproses sampah organik melalui bio konversi. Hasilnya, kami bisa menjual maggot dan kasgot yang kualitasnya bahkan melebihi kompos,” jelas Wawan.
Untuk membangun pola pikir masyarakat menuju Bandung tanpa sampah, Wawan menekankan pentingnya sosialisasi tanpa henti dan konsistensi dalam pemilahan sampah.
Menurutnya, ketegasan melalui slogan “Tidak Dipilah Tidak Diangkut” sangat membantu mendisiplinkan masyarakat agar lebih peduli pada pengelolaan sampah di rumah masing-masing. (han)