BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dalam rangka memperingati Hari Primata Indonesia 2025, seniman dan aktivis Wanggi Hoed bersama sekelompok pegiat lingkungan menggelar aksi bertajuk Solidaritas untuk Primata dari Bandung Menggugat pada Kamis (30/1/2025).
Aksi tersebut berlangsung di di Jln. Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung.
Aksi dilakukan sebagai bentuk kampanye perlindungan bagi primata seperti monyet ekor panjang dan beruk yang masih kerap menjadi korban penyiksaan.
Dengan membawa poster-poster berisi seruan untuk menghentikan perdagangan satwa liar dan atraksi topeng monyet, para aktivis berdiri di persimpangan jalan Tugu Maung, Jalan Wastukencana.
Penderitaan dibalik topeng monyet
Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa di balik pertunjukan jalanan yang kerap dianggap hiburan, terdapat penderitaan hewan yang sering diabaikan.
“Kami di Bandung memperingati Hari Primata Indonesia dengan solidaritas untuk primata. Kami menyerukan penghentian segala bentuk kekerasan, penindasan, dan eksploitasi terhadap primata,” tegas Wanggi Hoed, koordinator aksi.
Aksi ini juga bertujuan untuk mendorong monyet ekor panjang dan beruk masuk dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia.
Menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), populasi kedua spesies ini telah masuk kategori terancam punah.
Monyet dianggap hama
Namun, hingga kini, masih banyak masyarakat yang menganggap mereka sebagai hama.
“Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat. Primata ini bukan hama, mereka adalah bagian dari ekosistem yang harus kita jaga. Kesadaran mengenai pentingnya perlindungan primata harus ditingkatkan,” tambah Wanggi.
Selain itu, para aktivis juga mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan regulasi yang melarang atraksi topeng monyet.
Mereka menilai praktik ini tidak hanya menyiksa hewan, tetapi juga merusak keseimbangan ekosistem alam.
“Kami ingin mengingatkan bahwa eksploitasi primata, termasuk dalam bentuk atraksi jalanan, harus dihentikan. Kami berharap ada tindakan nyata dari pemerintah untuk melindungi satwa ini,” pungkas Wanggi.
Melalui aksi ini, para pegiat lingkungan berharap kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan primata semakin meningkat.
Selain itu ada langkah konkret dapat segera dilakukan untuk melindungi mereka dari berbagai bentuk eksploitasi dan kekerasan.