BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Sebagai salah satu kota kenamaan di Indonesia, Bandung dilabeli banyak julukan pujian macam Paris van Java, The City of Garden, Paradise in Exile, Europe in de Tropen, De Bloem der Indische Bergsteden, hingga Kota Kembang.
Selain kaya dengan pujian elok, Kota Kembang Bandung memiliki kisah sejarah panjang. Ia bahkan telah eksis di masa wilayah Jawa Barat masih dikelola pemerintahan kerajaan.
Menyitir dari pendapat Edi S. Ekadjati dkk. dalam Sejarah Kota Bandung 1945-1979 (1985), istilah Bandung mungkin peyorasi dari kata bahasa Sunda “ngabandeng” yang artinya genangan air luas. Padanan diksinya adalah “bendung” atau penahan aliran air.
Argumentasi lainnya yang dinukil Edi S. Ekadjati dkk. dari skripsi Handi Suhandi berjudul Tindjauan Sedjarah Terbentuknya Kota Bandung (1970), menyejajarkan istilah Bandung dengan kata bahasa Sunda “ngabanding,” yakni berdampingan atau berdekatan.
Analisis fonetik pertama merujuk pada danau purba nan luas bernama Danau Bandung. Identifikasi kedua bersandar pada fenomena geografis serupa, yaitu Danau Bandung yang pernah merendam 2 daratan saling berdampingan di sebelah barat (Batujajar-Padalarang) dan sebelah timur (Bandung-Cicalengka) dari Sungai Citarum.
Pendapat ini selaras dengan hipotesis para ahli geologi. Pernah ada danau besar (Danau Bandung) yang terbentuk usai penyumbatan aliran Sungai Citarum akibat letusan Gunung Sunda pada masa prasejarah.
Gunung api raksasa Jayagiri
Artikel T. Bachtiar di Majalah Geomagz (Vol 1, No 1, 2011) menerangkan, ratusan ribu tahun silam pernah berdiri gunung api raksasa yang oleh para geolog disebut Jayagiri. Gunung purba ini berada di utara Bandung, tidak jauh dari lokasi Gunung Tangkuban Parahu sekarang.
Ketika Gunung Jayagiri mengalami erupsi dahsyat, ledakan besar merobohkan tubuhnya sekaligus memunculkan kaldera. Di pinggiran kawah sangat luas itu, lahir gunung api baru yang dinamakan Gunung Sunda.
Peristiwa sama terulang saat letusan hebat membikin badan Gunung Sunda ambruk, membentuk kaldera, diikuti oleh kemunculan Gunung Tangkuban Parahu. Setidaknya terjadi 3 fase erupsi besar di Gunung Sunda, seturut analisis para geolog. Episode ketiga letusan Gunung Sunda, yang terjadi sekitar 105.000 tahun lalu, melontarkan material yang mengubur lembah sungai Citarum purba.
Timbunan material di utara Padalarang tersebut memicu kemunculan genangan air yang amat luas, Danau Bandung Purba. Sisa aliran menuju hilir di lembah Citarum purba yang tidak tertimbun kini menjadi Kali Cimeta. Pada masa Danau Bandung terendam air, tumbuh Gunung Tangkuban Parahu.
Danau Bandung bocor
Sebagian ahli geologi meyakini air di Danau Bandung surut akibat kebocoran melalui sungai bawah tanah bernama Sanghyang Tikoro. Namun, menurut T. Bachtiar, hipotesis terakhir tak meyakinkan, karena letak Sanghyang Tikoro lebih rendah 400-an meter dibanding Danau Bandung (725 mdpl).
Ia lebih condong pada analisis yang memperkirakan Danau Bandung bocor karena dinding breksi di antara Puncaklarang dan Pasir Kiara (kini bernama Cukangrahong) bobol. Benteng alam itu teretas oleh aktivitas patahan, gerakan tanah, hingga erosi yang terjadi di hulu anak Sungai Citarum.
Yang menarik, kronologi peristiwa alam versi ahli geologi di atas menyerupai pembabakan kejadian dalam legenda Sangkuriang. Cerita tua itu diperkirakan telah populer di tatar Sunda pada abad 15-16 M hingga menginspirasi Prabu Jaya Pakuan menuliskan kisahnya dalam naskah Bujangga Manik.
Kini nama Bandung tersemat pada tiga wilayah administratif tingkat II di Provinsi Jawa Barat yang saling berhampiran. Ketiganya adalah Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Bandung.
Wilayah 2 kabupaten mengapit Kota Bandung di sisi timur, selatan, dan utara. Kabupaten Bandung berbatasan dengan Kota Kembang di 3 arah mata angin itu, sementara Bandung Barat terhubung di utara. Di sebelah barat, Kota Bandung bersinggungan dengan wilayah Kota Cimahi.