Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan (Administrasi Niaga dalam buku Wawasan Islam)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Ajaran Islam memberikan nilai-nilai dasar bagi seluruh kehidupan manusia. Salah satu prinsip utama dalam kaitan administrasi adalah firman Allah SWT.:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan perikatan (utang piutang, jual beli, dan transaksi) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan atau mendiktekan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun dari utangnya.
Jika yang berutang itu lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan. maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur, dun persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu), jika tak ada dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatnya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu merasa jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu, tulislah (muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya.
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian itu), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 282)
Administrasi Niaga
Kata “tadayantum” mengandung arti hubungan transaksional yang mengikat seseorang dengan orang lain atau suatu lembaga dengan lembaga lain. Hubungan transaksional, menyebabkan adanya kewajiban ntuk mengadministrasikannya (faktubuhu). Kata “faktubuhu” artinya hendaknya engkau tuliskan. Tulisan yang menyertai suatu transaksi adalah proses administratif.
Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses administratif perniagaan dalam ajaran Islam berdasarkan prinsip kebaikan, benaran, dan keadilan. Prinsip-prinsip tersebut menjadi misi utama dari ajaran Islam yang hendak ditanamkan pada seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi khususnya tata niaga.
Nilai-nilai tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1. Kebaikan
Proses administratif bertujuan menciptakan kebaikan bagi orang-orang yang terlibat dalam muamalah atau transaksi. Kebaikan merupakan tujuan bersama setiap orang sesuai dengan fitrah manusia karena prinsip kebaikan ini menjadi orientasi utama dan memberi warna pada seluruh aktivitas administrasi. Kebaikan atau ma’aruf pada dasarnya merupakan ciri utama yang harus ada pada setiap aktivitas umat Islam. Hal ini karena setiap muslim diwajibkan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyuruh orang lain melakukan kebaikan dan melarang untuk berbuat kemunkaran. Amar ma’ruf dalam konteks administrasi adalah konsistensi pada jalur kerja yang telah ditetapkan untuk tujuan kebaikan.
2. Kebenaran
Kebenaran adalah nilai yang berisi kesesuaian antara kenyataan dan keharusan. Islam selalu berpihak pada kebenaran yang telah ditetapkan pada aturan-aturan Ilahiyah. Kebenaran dalam Islam merupakan kebenaran di sisi Allah yang terkandung dalam firmanfirman-Nya. Nilai kebenaran dalam konteks administrasi adalah konsistensi pada mekanisme yang telah disepakati atau ditetapkan dengan merujuk pada kebenaran Ilahiyah.
3. Kejujuran
Kejujuran adalah kelurusan dan komitmen terhadap amanat yang diberikan kepadanya. Kejujuran merupakan sikap hidup yang diamanatkan Allah dan dicontohkan oleh Rasul. Jujur merupakan salah satu sikap dan akhlak Nabi sebagai pemegang kebijakan dan pimpinan umat yang berhasil mengelola kepemimpinan yang efektif. Firman Allah SWT.:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenhbi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.” (Q.S. Al-Muthaaffifin [83] : 1 – 3)
Ayat di atas, kejujuran ditampilkan dalam bentuk konsisten terhadap aturan, baik yang berhubungan dengan dirinya maupun dengan orang lain.
4. Keadilan
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, mengambil suatu keputusan tidak hanya berdasarkan pertimbangan rasional semata-mata, tetapi juga dengan pertimbangan hati nurani. Keadilan adalah bertindak dan mengambil keputusan secara proporsional. Pemihakan terhadap seseorang karena pertimbangan subjektif merupakan bentuk ketidakadilan. Firman Allah SWT.:
“Dan tegakkanlah keadilan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keadilan itu.” (Q.S. Ar-Rahman [55] : 9)
Sikap dan Etos Kerja Pelaksana Administrasi Niaga
Dalam kaitan dengan aspek administrasi niaga, nilai-nilai ajaran Islam di atas dapat diterjemahkan dalam sikap dan etos kerja yang harus ditampilkan oleh para pelaksana administrasi niaga, yaitu:
1. Keteraturan
Islam sangat menekankan pada keteraturan dalam berbagai hal sebagaimana keteraturan alam raya ciptaan Allah serta keteraturan ajaran Islam sebagai wahyunya. Salah satu bentuk keteraturan adalah adanya pencatatan segala aktivitas yang dalam tata ekonomi disebut transaksi. Setiap transaksi harus dicatat sebagai bukti. Keteraturan administratif ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu ciri utama ajaran Islam. Disiplin adalah ketaatan aturan dan ketentuan, baik terhadap ketentuan kerja, tempat maupun waktu. Dalam sistem administrasi yang diajarkan Islam, disiplin merupakan satu ciri yang sangat menonjol dan dipesankan secara simbolis dalam berbagai kegiatan ritual. Penanganan administrasi secara disiplin dapat mencegah adanya kelalaian yang dapat mengakibatkan kerugian.
3. Konsep ketaatan pada asas dan kepatuhan
Dalam proses adminustratif, ketaatan pada asas menjadi ukuran baik-buruknya proses adiministratif. Ketaatan dalam ajaran Islam merupakan kunci yang merupakan penjelmaan dari nilai-nilai ibadah yang menjadi sentral ajaran Islam. Sikap taat pada asas dan kepatuhan dalam administrasi dapat menjelmakan hasil usaha yang baik dan sempurna yang menjadi tujuan ajaran Islam. Sikap konsisten dan taat asas akan menghindarkan diri dari kerugian.
4. Konsep profesionalisme
Islam sangat menghargai profesionalisme serta mendorong umatnya untuk menjadi profesional dalam bidangnya. Dalam administrasi, profesionalisme merupakan indikator kesempurnaan hasil kerja. Untuk itu, peningkatan kemampuan dan keterampilan kerja para pelaku administrasi sangat menentukan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
5. Konsep keterbukaan
Keterbukaan merupakan implementasi dari prinsip amanah dan kejujuran yang menjadi nilai utama dalam ajaran Islam serta penjelamaan dari sikap Rasul yang menjadi acuan bagi perilaku setiap muslim. Keterbukaan dalam proses administratif memberikan bukti nyata tentang adanya kejujuran sehingga konsep ini menjadi prinsip sekaligus ciri dan pola kerja administrasi yang Islami.
6. Konsep efektivitas dan efisiensi
Efektivitas dan efisiensi merupakan cara kerja yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Setiap aktivitas termasuk aktivitas administrasi selalu berorientasi pada pencapaian tujuan secara tepat dengan menggunakan waktu dan sarana yang efektif. Efektif atau daya guna adalah pendayagunaan sarana dan perasaan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang ada. (han)
