BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Gangguan pencernaan seperti dispepsia, yang menyebabkan ketidaknyamanan pada perut, sering terjadi saat awal menjalankan ibadah puasa, terutama jika pola makan tidak diatur dengan baik.
Menurut dr. Nur Aini Hanifiah, Sp.PD, dalam sebuah webinar yang diikuti dari Jakarta pada Senin (24/3/2025), dilansir dari Antara, masalah pencernaan meningkat secara signifikan selama 10 hari pertama Ramadhan.
“Masalah puasa Ramadhan itu terutama pada saat 10 hari pertama, itu meningkat drastis di masalah pencernaan. Gejala-gejalanya, dan yang paling sering itu memang gejala dispepsia,” ujar dokter lulusan Universitas Indonesia itu.
Gejala yang umum ditemukan di klinik selama periode ini adalah kembung, mual, dan nyeri ulu hati.
Ia menjelaskan bahwa gangguan terutama saat bulan puasa ini sering kali disebabkan oleh kebiasaan pola makan yang kurang baik. Seperti langsung mengonsumsi makanan dalam jumlah besar saat berbuka setelah menahan lapar sepanjang hari.
“Padahal sebenarnya kan pencernaan selama sekitar 12 sampai 14 jam kita berpuasa itu sedang beristirahat. Pada saat berbuka sebenarnya tidak disarankan untuk langsung makan banyak atau makan yang berlebihan,” jelasnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, tubuh akan mulai beradaptasi. Dan gejala pencernaan cenderung berkurang setelah 10 hari kedua puasa.
“Karena sudah terbiasa berpuasa setelah 10 hari kedua, jadinya tubuh dan masyarakat sudah bisa menahan hawa nafsu, tidak bergejolak lagi untuk makan banyak, sehingga gejalanya mulai berkurang,” tambahnya.
Untuk mengurangi risiko gangguan pencernaan selama bulan Ramadhan dan libur Lebaran, pola makan sehat sangat penting.
Dr. Nur Aini menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan berlemak. Serta makanan dan minuman tinggi gula, karena dapat memicu masalah pencernaan.
“Sebenarnya dianjurkan bagi orang sehat pun, yang tidak punya kolesterol tinggi. Seperti minyak itu sebenarnya sehari tuh hanya boleh dua sendok makan,” katanya.
Ia juga mengingatkan agar makanan gorengan, makanan berminyak, dan makanan tinggi lemak dikurangi. Selain itu, asupan gula tambahan juga harus dibatasi.
“Karena gula itu juga dibatasi, per harinya cuma boleh sekitar dua sendok makan juga,” ujarnya.
Pentingnya Kendali Porsi Makanan
Selain menjaga pola makan, ia menekankan pentingnya mengendalikan porsi makanan. Selama acara buka bersama atau perayaan Lebaran.
“Kita harus tahu kapasitas diri kita sendiri. Paling penting makan tuh tetap harus sesuai jam makannya, pagi, siang, malam. Dan sesuai dengan porsi yang sudah ditentukan. Itu tergantung berat badan masing-masing,” jelasnya.
Selama berpuasa dan Lebaran, menjaga hidrasi tubuh juga sangat penting.
“Terutama pada saat puasa, hidrasi atau minum air putih itu harus terjaga. Disarankan, misalnya dua gelas saat buka puasa, empat gelas saat malam, dan dua gelas saat sahur,” katanya.
Selain menerapkan pola makan sehat, ia juga merekomendasikan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari. Agar tubuh tetap bugar selama bulan Ramadhan dan setelahnya.
Kurang tidur juga dapat berdampak buruk bagi Kesehatan. Sehingga ia menyarankan untuk tidak begadang dan menjaga waktu tidur. Antara tujuh hingga delapan jam per malam.
“Jadi ini bisa meningkatkan lemak, meningkatkan glukosa. Itulah mengapa hal-hal tersebut bila terganggu faktor-faktor risiko ini. Yang menyebabkan pada saat puasa selama ini dan saat Lebaran. Itu banyak terjadi peningkatan penyakit metabolik dan penyakit saluran cerna,” tutupnya. (han)