BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Puisi bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah cerminan pemikiran, pergulatan batin, dan sering kali menjadi jendela bagi realitas sosial yang tak terkatakan.
Inilah semangat yang diusung dalam “Cogito Ergo Puisi”, sebuah sesi diskusi sastra yang akan diselenggarakan oleh Sindikasi Aksara pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 15.00-16.00 WIB, melalui siaran langsung di Instagram @sindikasi.aksara.
Acara ini menghadirkan tiga sosok yang telah lama berkecimpung dalam dunia literasi dan sastra. Mereka akan berbagi pandangan tentang puisi sebagai ruang berpikir, berekspresi, dan bahkan sebagai bentuk perlawanan.
Para Narasumber dan Host:
Salma Nur Fauziyah (Narasumber) – Seorang kontributor media lokal independen sekaligus pengelola komunitas baca. Kecintaannya pada literasi sosial membawanya kepada bacaan yang tajam dan reflektif. Ia adalah pengagum Herman Hesse dan Wiji Thukul, serta seorang penikmat kopi yang menemukan kedalaman dalam kata-kata.
-Muhammad Rifan Prianto (Narasumber) – Akrab disapa Ipang, penyair muda yang terinspirasi oleh Chairil Anwar dan Aan Mansyur. Pemikirannya tentang kehidupan berubah drastis setelah membaca Metamorphosis karya Franz Kafka. Dengan segudang prestasi di dunia puisi, Ipang terus melangkah di jalur sastra yang lebih luas.
– Winda Fadillah(Host) – Seorang pegiat literasi yang gemar membaca, menulis, dan terlibat dalam aktivisme sosial. Baginya, bertemu dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama dalam dunia literasi adalah pengalaman yang selalu menarik. Ketertarikannya pada sastra Indonesia masa lampau membuatnya terus menggali makna dari karya-karya klasik.
Puisi: Ruang Berpikir dan Perlawanan
Diskusi ini tidak hanya membedah puisi dari sisi estetika, tetapi juga melihat bagaimana puisi menjadi media untuk merefleksikan keadaan sosial, menyuarakan keresahan, dan bahkan menjadi alat perlawanan. Seperti yang dikatakan Wiji Thukul, “Hanya satu kata: lawan!” — puisi bisa menjadi senjata bagi mereka yang tak bersuara.
Bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam bagaimana puisi dapat menjadi refleksi pemikiran dan sarana menyuarakan realitas, “Cogito Ergo Puisi” adalah ruang yang tepat untuk bertukar gagasan.
Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menyelami dunia puisi dari hati dan pikiran mereka yang hidup di dalamnya. (tiwi)