BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Peneliti Gunug Api saat ini baru bisa memprediksi pola pergerakan magma gunug api.
Sementara untuk waktu erupsi gunung api, hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum bisa dipecahkan oleh peneliti.
Hal tersebut diungkapkan Prof. Valentin R. Troll, Head of Natural Resources and Sustainable Development dari Uppsala University menjadi pemateri pada SEMAT (Seminar Jumat) yang membahas topik “A Chemical Probe into the Earth’s Interior; High Resolution Sampling of Recent Basaltic Eruption in La Palma and Iceland”.
Kegiatan ini digelar Program Studi Magister dan Doktoral Teknik Geologi ITB, IAGI, Ikatan Pascasarjana Teknik Geologi ITB (IPTG-ITB), dan HMTG “GEA” ITB bekerja sama dengan Politeknik Geologi & Pertambangan “AGP” serta Uppsala University belum lama ini.
Seperti dikutip dari laman www.itb.ac.id , Prof. Troll membahas mengenai metode analisis kimia yang berkualitas tinggi dalam mempelajari pergerakan magma di dalam bumi.
Khususnya data geokimia dari erupsi terbaru di La Palma dan Islandia yang memberikan informasi sistem magma yang kompleks.
“Dengan pengambilan sampel resolusi tinggi, kita bisa melihat bagaimana magma berevolusi dari dalam bumi hingga akhirnya mencapai permukaan,” ujar Prof. Troll.
Beliau menjelaskan terkait letusan Gunung Cumbre Vieja di La Palma pada tahun 2021. Letusan ini bukan hanya menjadi perhatian dunia karena dampaknya terhadap permukiman,
tetapi juga karena perubahan signifikan dalam komposisi lava yang menandakan dinamika sistem magma yang tidak seragam.
“Kita sering menganggap magma di dalam bumi homogen, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks dengan berbagai kantong magma yang berinteraksi satu sama lain,” ujarnya.
Karakteristik Gunung Api
Selain La Palma, seminar ini membahas letusan di Islandia yang memiliki karakteristik berbeda.
Di sana, aktivitas vulkanik cenderung terjadi sepanjang rekahan besar, berbeda dengan letusan terfokus di La Palma.
Dengan membandingkan kedua lokasi ini, para peneliti dapat memahami lebih baik bagaimana
magma bergerak di bawah permukaan dan bagaimana pola letusan dapat bervariasi tergantung pada kondisi geologis setempat.
Studi tersebut menunjukkan pentingnya pemantauan dan analisis kimia dalam mitigasi bencana vulkanik.
Data dari letusan La Palma dan Islandia membantu memperkirakan kemungkinan pola erupsi di masa depan, meskipun prediksi waktu dan lokasi spesifiknya masih menjadi tantangan besar dalam dunia vulkanologi.
“Kita mungkin belum bisa menentukan kapan dan di mana gunung berapi akan meletus, tetapi dengan memahami proses magmatis, kita bisa lebih siap menghadapi dampaknya,” ujar Prof. Troll. (*/tie)
# peneliti gunung api
# peneliti gunung api