Bandung, www.pasjabar.com — Kota Bandung yang dikenal ramah dan penuh kesejukan, mendadak berubah tegang. Dalam dua hari terakhir, suasana teduh itu koyak oleh insiden berdarah di Kebun Binatang Bandung—atau yang akrab disebut Derenten oleh warga lokal.
Sebuah bentrokan antar kelompok terjadi, menciptakan luka fisik dan trauma sosial di ruang yang seharusnya menjadi tempat edukasi dan konservasi satwa.
Di tengah kegaduhan itu, Angkatan Muda Siliwangi (AMS) tampil menyatakan sikap. Mereka menilai tragedi ini bukan sekadar perkelahian biasa, melainkan konflik yang menyinggung nilai sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Sunda.
AMS: Derenten Adalah Simbol Kultural yang Harus Dilindungi
Ketua Umum AMS Pusat, Ruli Alfiady, dalam pernyataan resminya pada Jumat (4/7/2025), menyampaikan keprihatinan mendalam. Ia menegaskan bahwa insiden ini telah mencoreng citra Bandung sebagai kota yang damai dan kondusif.
“Kami prihatin atas peristiwa yang terjadi di Derenten. Ini mencoreng wajah Kota Bandung yang dikenal ramah dan kondusif. Sudah ada korban luka berdarah. Ini tak bisa dibiarkan,” ujar Ruli.
AMS menyoroti bahwa Derenten bukanlah sekadar ruang publik, tapi warisan budaya yang berdiri sejak 1933. Dalam pandangan mereka, Kebun Binatang Bandung merepresentasikan kecintaan masyarakat Sunda terhadap alam dan satwa, dan memiliki nilai historis yang tak ternilai.
Aset Sitaan yang Jadi Pemicu Konflik
Namun AMS tidak berhenti pada keprihatinan. Mereka menggugat akar persoalan: siapa yang memberi mandat pengelolaan terhadap aset yang masih berstatus sitaan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat?
Ruli menegaskan bahwa pihak yang memberi izin pengelolaan itulah yang memicu konflik dan harus bertanggung jawab.
“Siapapun yang memberi hak kelola atas aset sitaan itu harus bertanggung jawab. Dialah pemicu konflik yang mengorbankan masyarakat,” tegasnya.
Dengan nada keras, AMS memperingatkan bahwa pertarungan soal Derenten bukan semata perebutan lahan, tapi soal mempertahankan identitas kolektif masyarakat Sunda.
Konflik ini, menurut mereka, bisa menghapus jejak sejarah yang sudah hidup hampir satu abad.
Menjaga Marwah Sunda di Tengah Kepentingan Elite
AMS menyampaikan penghormatan kepada keluarga besar Rd. Ema Brata Kusumah—tokoh penting yang berperan dalam pendirian Kebun Binatang Bandung.
Ruli menegaskan bahwa warisan seperti Derenten harus tetap berada dalam kuasa masyarakat lokal, bukan diambil alih oleh kepentingan elite.
“Sebagai penjaga marwah Sunda, AMS berkepentingan mempertahankan Derenten. Ini bukan soal lahan, tapi soal jati diri. Orang Bandung dan Sunda punya hak historis dan kultural atasnya,” ucapnya.
Mereka pun berjanji akan konsisten menjaga kekayaan sejarah Sunda dari tangan-tangan yang mencoba merebutnya.
“Kami akan konsisten menjaga kekayaan sejarah Sunda agar tetap dalam penguasaan masyarakat Sunda sendiri,” tutup Ruli penuh tekad.












