WWW.PASJABAR.COM – Padel merupakan olahraga raket yang menggabungkan unsur tenis dan squash. Permainan ini dimainkan secara ganda (dua lawan dua) di lapangan tertutup berukuran lebih kecil dari lapangan tenis, yaitu 10 x 20 meter.
Lapangan padel dikelilingi dinding kaca yang aktif digunakan dalam permainan, seperti dalam squash.
Berbeda dari tenis yang cenderung kompetitif dan teknis, padel lebih mudah dikuasai, membuatnya inklusif bagi berbagai kalangan—baik muda maupun tua, pemula maupun berpengalaman.
Raket padel tidak menggunakan senar, melainkan terbuat dari bahan padat seperti ethylene vinyl acetate (EVA). Dengan permukaan berlubang agar ringan dan fleksibel. Bola padel pun lebih kecil dan memiliki tekanan udara lebih rendah daripada bola tenis.
Sistem skor dalam padel serupa dengan tenis: 15, 30, 40, deuce, advantage, dan game. Pertandingan dimainkan dalam tiga set. Dan setiap set dimenangkan oleh tim yang mencapai enam game dengan selisih minimal dua game.
Jika skor 6-6, tie-break akan dimainkan hingga satu tim unggul dua poin.
Sejarah Padel: Dari Halaman Rumah hingga Kejuaraan Dunia
Padel bukanlah tren baru yang muncul tiba-tiba. Olahraga ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Enrique Corcuera di Meksiko pada tahun 1962.
Karena lahan di rumahnya tidak cukup untuk membangun lapangan tenis, ia menciptakan versi mini yang dikelilingi dinding setinggi tiga meter. Dari modifikasi ini lahir permainan padel.
Istrinya, Viviana, kemudian menyusun aturan resmi permainan. Padel menyebar dengan cepat ke Spanyol dan Argentina, sebelum akhirnya berkembang di Eropa dan Amerika Selatan.
Pada tahun 1991, International Padel Federation (FIP) dibentuk sebagai organisasi pengatur olahraga ini secara internasional.
Apakah Padel Olahraga Orang Kaya?
Dengan citra lapangan mewah dan perlengkapan mahal, padel memang kerap diasosiasikan sebagai olahraga elit. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Biaya sewa lapangan padel memang cukup tinggi, berkisar antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per jam. Namun, banyak klub dan komunitas menawarkan paket bermain yang lebih ekonomis.
Selain itu, tersedia opsi penyewaan peralatan seperti raket dan bola, sehingga pemain pemula tidak perlu membeli perlengkapan pribadi di awal.
Kendala utama lainnya adalah akses terhadap lapangan. Saat ini, fasilitas padel masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Bali.
Meski demikian, tren padel yang terus tumbuh mendorong pembangunan lapangan baru di berbagai daerah. Membuka peluang lebih luas bagi masyarakat umum.
Dengan demikian, padel tidak lagi semata-mata milik kalangan atas. Olahraga ini kini bisa dinikmati oleh siapa saja. Terutama dengan hadirnya berbagai kemudahan akses dan biaya yang lebih terjangkau.
Padel di Indonesia: Kini Kena Pajak
Seiring meningkatnya popularitas padel di Indonesia, terutama di kawasan urban, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan kebijakan baru terkait perpajakan fasilitas olahraga rekreasi.
Mulai 2025, padel secara resmi dikenakan Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) sebesar 10 persen. Sesuai Keputusan Kepala Badan Pendapatan Daerah DKI Jakarta No. 257 Tahun 2025.
Padel dikategorikan sebagai jasa hiburan berbayar, bersama dengan olahraga komersial lain seperti futsal, bulu tangkis, panahan, squash, hingga yoga.
Kebijakan ini bertujuan menciptakan keadilan fiskal di antara sektor hiburan. Sekaligus meningkatkan transparansi usaha penyedia fasilitas olahraga.
Sebagai catatan, olahraga seperti golf meski juga termasuk aktivitas eksklusif, tidak dikenakan PBJT. Pajak untuk aktivitas golf dipungut melalui skema Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikelola oleh pemerintah pusat.
Hal ini merujuk pada Putusan Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-IX/2011 yang menyatakan bahwa golf bukan hiburan umum. Sehingga tidak bisa dikenakan pajak hiburan daerah.
Fakta Menarik Seputar Padel
Ada banyak hal unik yang membuat padel semakin menarik di mata masyarakat dunia. Pertama, padel ditemukan secara tidak sengaja ketika Enrique Corcuera membangun dinding di sekeliling taman rumahnya agar bola tenis tidak keluar.
Kedua, padel kini disebut sebagai salah satu olahraga dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan ribuan lapangan baru dibangun di Eropa dan Timur Tengah setiap tahunnya.
Raket padel pertama terbuat dari kayu dan digunakan dalam lapangan kecil yang tidak membutuhkan kekuatan besar.
Ciri khas padel lainnya adalah hanya dimainkan secara ganda dan memiliki teknik servis yang unik, yaitu servis dari bawah ke arah diagonal lawan. Teknik ini memberikan kontrol lebih terhadap arah, kecepatan, dan rotasi bola.
Layak Dicoba?
Padel bukan hanya olahraga fisik, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang menyenangkan dan sosial. Gerakannya ringan, cocok untuk semua usia, dan sangat efektif dalam meningkatkan stamina, keseimbangan, serta koordinasi tubuh.
Selain itu, padel juga menjadi ajang bersosialisasi yang menyenangkan, karena umumnya dimainkan berpasangan dan dalam komunitas yang hangat.
Dengan semua keunggulan tersebut, padel patut dicoba, tak hanya sebagai olahraga. Tapi juga sebagai sarana membangun gaya hidup aktif, sehat, dan inklusif.
Kini, padel bukan lagi sekadar tren atau simbol eksklusivitas, tetapi pilihan olahraga baru yang bisa dinikmati siapa saja. (han)









