www.pasjabar.com — Alexander Isak batal merapat ke Liverpool dan kini menuntut kenaikan gaji besar-besaran di Newcastle United. Permintaan ini muncul setelah kepindahannya ke Anfield tak terwujud.
Musim panas ini, nama Alexander Isak menjadi salah satu target utama Liverpool. Penyerang asal Swedia itu dibidik sebagai suksesor jangka panjang untuk lini serang The Reds. Liverpool bahkan sempat melayangkan tawaran sebesar 120 juta paun (sekitar Rp 2,6 triliun) untuk memboyong sang pemain dari Newcastle United.
Sayangnya, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh manajemen The Magpies. Alhasil, Liverpool pun mundur dari perburuan dan mengalihkan fokus ke striker muda asal Prancis, Hugo Ekitike.
Tuntut Gaji Dua Kali Lipat, Bidik 300 Ribu Paun per Pekan
Setelah kepindahan ke Liverpool gagal, Isak dikabarkan langsung meminta revisi kontrak kepada pihak klub. Dilansir dari talkSport, pemain berusia 25 tahun itu menginginkan kenaikan gaji menjadi 300 ribu paun per pekan atau sekitar Rp 6,5 miliar.
Angka tersebut lebih dari dua kali lipat dari bayarannya saat ini yang berada di angka 120 ribu paun (Rp 2,6 miliar) per pekan. Dengan catatan 27 gol dan 6 assist musim lalu, Isak merasa pantas mendapat penghargaan lebih tinggi dari klub yang masih mengikatnya hingga tahun 2028.
Tuntutan ini tentunya menjadi tantangan baru bagi Newcastle. Di satu sisi, mereka ingin mempertahankan salah satu striker terbaik Premier League saat ini. Namun di sisi lain, beban gaji yang terlalu tinggi bisa mengganggu struktur finansial klub, terlebih dengan adanya aturan Financial Fair Play (FFP).
Diminati Klub Arab, Masa Depan Isak Masih Abu-abu
Bukan hanya Liverpool, beberapa klub Arab Saudi juga dikabarkan tertarik mendatangkan Isak. Hal ini disampaikan langsung oleh sang agen, Gonzalo Gaitan. Ia menyebut bahwa pihaknya tengah mempelajari berbagai opsi untuk masa depan Isak.
“Kami sedang menganalisis semua pilihan. Bisa saja ia bertahan, bisa juga pindah,” kata Gaitan. “Kami tidak bisa merinci saat ini, tapi langkah selanjutnya akan segera ditentukan.”
Meski belum ada kejelasan, situasi ini menunjukkan bahwa masa depan Isak di Newcastle masih belum sepenuhnya aman. Apakah klub bersedia memenuhi tuntutan gaji Isak? Atau justru membuka pintu untuk menjualnya ke Timur Tengah? Semua kemungkinan masih terbuka lebar.












