
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan (Akhlak Terhadap Allah, dalam buku Mengenal Kesempurnaan Manusia)
WWW.PASJABAR.COM – Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perilaku yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai Khalik. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia harus berakhlak kepada Allah.
Pertama, Allah telah menciptakan manusia. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari air yang keluar dari antara tulang rusuk dan tulang punggung (QS Ath-Thariq [86]: 5–7), dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Setelah menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging, dijadikan tulang yang dibalut dengan daging, dan selanjutnya ditiupkan ruh kepadanya (QS Al-Mu’minun [23]: 12–13). Dengan demikian, sebagai ciptaan, sepantasnyalah manusia bersyukur dan berterima kasih kepada Penciptanya.
Kedua, Allah telah memberikan perlengkapan pancaindra berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna (QS An-Nahl [16]: 78).
Ketiga, Allah telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya (QS Al-Jatsiyah [45]: 12–13).
Keempat, Allah telah memuliakan manusia dengan memberinya kemampuan untuk menguasai daratan, lautan, dan udara (QS Al-Isra’ [17]: 70).
Atas berbagai kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia, maka sepantasnyalah bila manusia menunjukkan akhlak yang baik kepada-Nya.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, di antaranya sebagai berikut.
Tidak menyekutukan-Nya
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah). Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS Luqman [31]: 13)
Bertakwa kepada-Nya
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18)
Mencintai-Nya
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS Al-Baqarah [2]: 165)
Ridha dan ikhlas terhadap segala keputusan-Nya
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya, dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Fathir [35]: 2)
Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-Baqarah [2]: 152)
Memuji, memohon, dan beribadah hanya kepada-Nya
“Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara seluruh alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang Merajai di hari pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah [1]: 2–5)
Senantiasa mencari keridhaan-Nya
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS An-Nisa’ [4]: 114)
Lebih dari itu, titik tolak dalam berakhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Pengakuan ini harus disertai dengan sikap ikhlas dan ridha, beribadah kepada-Nya, mencintai-Nya, banyak memuji-Nya, bertawakal kepada-Nya, serta menumbuhkan sikap-sikap lain yang terkandung dalam makna inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (“Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya-lah kami kembali”). (han)












