KUALA LUMPUR, WWW.PASJABAR.COM – Skandal pemain naturalisasi palsu di tubuh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) kembali menuai reaksi keras dari publik. Jurnalis senior New Straits Times, Ajitpal Singh, menulis kritik tajam terhadap FAM dan Tunku Ismail Idris (TMJ), menyebut keduanya berusaha menipu FIFA namun gagal total.
Kasus ini mencuat setelah FIFA menghukum FAM atas dugaan pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi, yang disebut memiliki keturunan Malaysia padahal tidak.
“FAM dan TMJ Tak Bisa Menipu FIFA”
Dalam tulisannya, Ajitpal Singh menilai bahwa FAM bersama TMJ — yang juga pemilik klub Johor Darul Takzim (JDT) dan anak Sultan Johor — menjadi dua kekuatan besar di balik proyek naturalisasi besar-besaran tersebut.
Menurutnya, langkah FAM ini bukan sekadar kelalaian administratif, melainkan upaya sistematis untuk menipu federasi dunia.
“Hukuman yang dijatuhkan FIFA kepada sepak bola Malaysia belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis Ajitpal Singh.
“Kini orang-orang bisa mengenakan jersey tim nasional hanya dengan akta kelahiran kakek-nenek yang samar.”
Jurnalis senior itu menggambarkan bagaimana birokrasi Malaysia bekerja bak mesin politik yang bisa mengubah kewarganegaraan dalam waktu singkat — demi kepentingan prestise olahraga nasional.
“Skuad Malaysia Seperti Panduan Wisata Dunia”
Ajitpal menulis satir bahwa skuad Harimau Malaya kini tampak seperti “daftar perjalanan internasional” ketimbang tim nasional.
“Susunan pemain inti tim nasional Malaysia bagai panduan perjalanan, dengan pemain dari Argentina, Brasil, Spanyol, dan Belanda,” tulisnya.
“Alih-alih membantu sepak bola Malaysia sukses, malah membuat mereka berhadapan dengan hukum dari FIFA.”
Ia menilai, obsesi FAM untuk mendongkrak performa tim nasional dengan instan telah menjebak Malaysia dalam aib internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Malaysia Jadi Bahan Tertawaan Dunia
FIFA sebelumnya menjatuhkan denda dan sanksi larangan bermain selama 12 bulan kepada tujuh pemain naturalisasi bermasalah.
Malaysia kini diibaratkan “Timor Leste jilid dua” setelah terbukti menggunakan dokumen palsu untuk pemain asing.
“Malaysia sudah jadi bahan tertawaan internasional. Di atas kertas para pemain itu disebut warga negara Malaysia, tetapi paspor mereka dipertanyakan,” tulis Ajitpal.
“FIFA menelusuri asal-usul hingga ke akta leluhur mereka, dan di situlah semua kebohongan terbongkar.”
Skandal ini tak hanya mengguncang reputasi FAM, tapi juga mempermalukan Tunku Ismail Idris, sosok berpengaruh yang disebut memiliki peran besar dalam proyek naturalisasi tersebut.
Kini Berhadapan dengan Hukum
Alih-alih fokus menyiapkan skuad menuju Piala Asia 2027, Malaysia kini harus berurusan dengan hukum.
FAM tengah menyiapkan tim pengacara untuk menghadapi gugatan dan potensi sanksi tambahan dari FIFA serta AFC.
“Sekarang Malaysia tak lagi mengejar prestasi, tapi sibuk menyewa pengacara,” sindir Ajitpal menutup artikelnya.












