BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Para ahli dari Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi), Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) berkumpul di Bandung merumuskan kemandirian pangan dalam Simposium X dan Kongres IX Perhimpi.
Acara ini bertema Restorasi Sumber Daya Air dan Iklim untuk Kemandirian Pangan Menuju Indonesia Emas 2024, yang bertujuan merumuskan strategi restorasi air dan iklim dalam mendukung kemandirian pangan nasional.
Ketua Perhimpi, Prof. Fadjry Djufry, menjelaskan bahwa pertemuan ini mempertemukan akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan untuk berbagi solusi.
Tentunya dalam menghadapi krisis pangan akibat perubahan iklim.
“Harapannya, rekomendasi dari simposium ini dapat menjadi rujukan bagi Menteri Pertanian dalam pengelolaan sumber daya air,” ujarnya, dilansir dari Antara.
Kondisi Ekstrem yang Mengganggu Pertumbuhan Pangan
Dalam amanat Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang dibacakan Fadjry, disampaikan bahwa ancaman krisis global karena kondisi ekstrem.
Seperti El-Nino, inflasi pangan tinggi, dan penghentian ekspor beras oleh produsen, menuntut adanya langkah konkret seperti restorasi air dan iklim.
Tahun ini, Kementerian Pertanian sudah mencapai beberapa terobosan dalam peningkatan produksi padi melalui subsidi pupuk sebesar 9,55 ton dan perluasan areal tanam dengan program seperti pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, dan tumpang sisip padi gogo.
“Dengan bantuan 60.332 unit pompa dan 5.262 unit irigasi perpompaan, produktivitas meningkat dan ancaman kekeringan bisa diatasi,” ucapnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan peningkatan produksi beras di 2024.
Yaitu 2,84 juta ton pada Agustus, 2,87 juta ton pada September, dan 2,59 juta ton pada Oktober dibandingkan tahun lalu.
Pemerintah juga mencanangkan ekstensifikasi pencetakan sawah baru seluas tiga juta hektar dalam tiga tahun dan intensifikasi lahan dengan peningkatan indeks penanaman padi serta penggunaan benih unggul.
Revitalisasi irigasi, pemanfaatan bendungan, serta modernisasi pertanian juga menjadi fokus melalui penerapan teknologi seperti sensor tanah dan drip irrigation.
Dalam konteks kemandirian pangan, Fadjry menekankan pentingnya Climate Smart Agriculture didukung dengan teknologi pemantauan cuaca berbasis satelit dan penguatan kapasitas petani.
Menurut Presiden Prabowo, Indonesia ditargetkan mencapai swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun dan menjadi lumbung pangan dunia pada 2045. (han)