BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan berbagai tradisi, salah satunya adalah menikmati dan berbagi dodol keranjang, makanan khas yang selalu hadir di tengah-tengah masyarakat Tionghoa.
Di Kota Bandung, permintaan dodol keranjang meningkat signifikan menjelang Imlek, seperti yang terlihat di pabrik dodol keranjang Tek-Kie, Jalan Pajagalan, Bandung.
Meski berukuran kecil, pabrik ini mampu memproduksi hingga 2.000 dodol keranjang per hari menjelang perayaan ini, dibandingkan dengan produksi normal sebanyak 500 buah per hari.
Pemilik pabrik, Vincent, menyebutkan bahwa produksi hanya dilakukan satu bulan sebelum Imlek untuk memenuhi lonjakan permintaan dari pelanggan, termasuk dari luar kota Bandung.
“Peminatnya bukan hanya masyarakat Tionghoa, tapi juga masyarakat umum. Jadi, sekarang dodol keranjang sudah biasa dinikmati dalam perayaan Tahun Baru Imlek,” ujar Vincent.
Proses pembuatan dodol keranjang ini memakan waktu hingga 27 jam. Vincent menjelaskan bahwa ada perbedaan teknik antara dodol keranjang dan dodol pada umumnya.
“Kalau dodol lain biasanya dikukus dulu baru dicetak. Kalau kita, dodolnya dicetak dulu, baru dikukus selama 24 jam,” jelasnya.
Dodol keranjang Tek-Kie mempertahankan rasa tradisional yang dibuat dengan resep leluhur. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli yang menyukai cita rasa otentik.
“Kami tetap menggunakan resep tradisional dari dulu, itu yang membuat rasa dodol kami khas,” ungkap Vincent.
Harga dodol keranjang di pabrik ini bervariasi, mulai dari Rp20.000 hingga Rp50.000, tergantung ukuran dan beratnya.
Selain ukuran yang bervariasi, tersedia pula pilihan rasa seperti original, pandan, dan kuitjo, meskipun rasa original tetap menjadi favorit pembeli.
Dengan tradisi ini, dodol keranjang tidak hanya menjadi simbol perayaan Imlek, tetapi juga menggambarkan keberagaman budaya yang semakin diterima di masyarakat luas. (rif)