BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNISBA mengadakan acara jumpa pers bersama media dan wartawan di Tangga Batu, kampus UNISBA Jl. Tamansari No.1, Kota Bandung, Jawa Barat berkaitan dengan sikap BEM UNISBA mengenai unjuk rasa yang berlangsung selama beberapa hari kebelakang pada Rabu (25/9/2019).
“Kita ketahui sendiri bahwa sejak senin berlangsung gerakan aksi di berbagai kota yang ada di Indonesia, dari mahasiswa, elemen buruh dan rakyat telah menimbulkan banyak korban, oleh karena itu kami mengutuk keras tindakan kepolisian terhadap mahasiwa,” terang Ketua BEM UNISBA, Lutfi.
Lutfi menuturkan bahwa ia kecewa mengapa mahasiswa tidak boleh masuk ke halaman DPRD, padahal meskipun mahasiswa masuk, pihaknya tidak akan melakukan pengrusakan. Bahkan jika memasuki ruang paripurna sekalipun tidak akan ada hal buruk yang terjadi.
“kagiatan jumpa pers kali ini sekaligus tindakan memboikot kelas mengenai tindakan refresif dari pihak kepolisian adalah untuk menyuarakan tuntutan kami tegas untuk menolak pengesahan RUU KPK, dan juga rasa keprihatinan kami melihat tokoh bangsa hari ini yang tidak melakukan tugas dengan semestinya,” tandasnya.
Lutfi melanjutkan bahwa ia juga berharap bahwa akan ada pengusutan tuntas terhadap korban yang terluka, baik di kota Bandung, Jakarta dan sekitarnya juga yang mengusutnya bukan dari pihak kepolisian, melainkan tim independen yang tidak ditunggangi kepentingan elit.
“Saat ini kami tengah teru menfollow up perkembangan aksi dan tengah berdiskusi dengan kampus-lainnya untuk bergerak secara kolektif,” terangnya.
Lutfi juga berkata bahwa dengan banyaknya aksi, semestinya pemerintah merasa tertekan dan dapat melahirkan tindakan atau keputusan yang tepat dan jelas, bukan memberikan pernyataan yang dapat memperuncing keadaan.
“Selama 21 tahun kita sudah bersabar melihat koruptor berjalan-jalan, hilir mudik ke lapas dengan bebas. Dan saat ini kami sudah jemu, oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat, tumpah ruah turun ke jalan, untuk menyampaikan aspirasi dan masukan,” tambahnya.
Terakhir Lutfi berkata bahwa untuk pemerintah jangan sekali-kali membuat sejarah hitam, karena hal itu akan terus dikenang oleh masyarakatnya sampai kapanpun. (Tan)