WWW.PASJABAR.COM – Pada masa kegemilangannya, Paguyuban Pasundan telah meletakkan pola kaderisasi yang tepat. PP berhasil meramu berbagai pola penggemblengan massa yang berkembang pesat saat itu. Di dalam PP terdapat pengurus dan anggota yang secara ideologi politik beraliran kiri-kanan-tengah.
Dinamika internal itu kemudian mengerucut ke pilihan “tengah” karena PP menyadari pentingnya keberlangsungan lembaga-lembaga pendukung yang ada, terutama pendidikannya. PP memilih sebagai organisasi yang tidak radikal tetapi dengan tujuan utama yang tak bisa ditawar, yakni Indonesia Merdeka. Konsekuensinya, wakil-wakil PP di Dewan Rakyat (volkraad) menjadi semacam kubu oposisi terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Secara garis besar, pola kaderisasi PP bisa dilihat dari paparan berikut ini:
KEWAJIBAN AWAL PENGURUS/ANGGOTA:
Pengurus dan anggota PP terlebih dahulu harus mengetahui:
- Tujuan dan keadaan perkumpulan.
- Tujuan dan keadaan perkumpulan yang lain sebagai perbandingan.
- Tujuan dan keadaan perkumpulan di negara lain.
Seorang yang ingin menjadi pengurus atau anggota sebaiknya sudah bisa (1) merasakan, (2) melihat, (3) mendengar segala informasi mutakhir yang dialami bangsanya dan tanah kelahirannya. Mereka harus bisa menyimpulkan bagaimana (1) derajatnya, (2) perkembangan ilmu-pengetahuannya, (3) kondisi sosialnya, (4) pencapaian ekonominya (perdangangan, pertanian, dan teknologi).
Dengan pengetahuan yang lengkap itulah seseorang layak menjadi pengurus dan anggota Paguyuban Pasundan. Pengurus/anggota yang tidak tahu dan faham atas tujuan perkumpulan PP akan menghalangi aksi organisasi. Anggota semacam itu akan:
- Merusak perkumpulan, setidaknya mengurangi derajat perkumpulan.
- Tidak akan punya inisiatif.
- Memberatkan perkumpulan.
- Membawa sial perkumpulan.
- Memundurkan semangat perkumpulan.
- Merusak dan menghancurkan perkumpulan.
CARA MENENTUKAN LANGKAH
Untuk menentukan langkah ke depan, pengurus dan anggota perlu kejelasan dengan menimbang keadaan sekarang dan masa lalu.
- Apakah harus kembali lagi seperti masa lalu (yang dikisahkan unggul dan jaya)?
- Apakah sudah cukup puas dengan keadaan sekarang?
- Apakah harus diubah?
Dari pertimbangan-pertimbangan yang matang itu, maka akan timbul keinginan untuk melakukan perubahan ke depan. Pengurus dan anggota akan punya keinginan untuk:
- Mengobati penyakit bangsa dan tanah airnya.
- Memperbaiki kesalahan-kesalahannya.
- Menata keperluannya dalam bentuk program-program.
- Menyediakan semua keperluannya yang meliputi bidang (a) politik, (b) pendidikan/ pengajaran, (c) sosial, (d) ekonomi, (e) citra dan wibawa.
Dengan semua itu akan meningkatkan derajat PP setara dengan perkumpulan di Negara-negara lain, lebih baik dari keadaan sekarang dan tidak kembali menjadi rusak lagi.
EMPAT FAKTOR PENENTU
Untuk mendapatkan pengurus dan anggota perkumpulan yang militan seperti itu, memang harus melalui ketelatenan dan kesabaran dari yang: (1) menuntun, (2) memimpin, (3) mengajar, (4) mendidik, (5) membimbing, dan (6) memberi nasehat. Dengan enam hal itu pengurus dan anggota akan mendapatkan pengetahuan (kanyaho) yang memadai.
“Ana loba kanyahona, tangtu loba kahayangna
Ana loba kahanyangna, tangtu loba kadaekna
Ana loba kadaekna, tangtu loba beubeunanganana (tapakna).”
Ada empat faktor yang saling terkait: (1) kanyaho (pengetahuan), (2) kahayang (keinginan), (3) kadaek (kemauan), dan (4) beubeunangan/tapak (hasil/jejak).
“Nu taya kanyahona, moal loba kahayangna
Nu taya kahayangna, moal aya kadaekna
Nu taya kadaekna, moal aya beubeunanganana.”
Seorang pengurus atau anggota bisa memiliki empat faktor itu jika ia berdasar pada keyakinan sehingga ia mengabdi untuk perkumpulan secara jujur, tekun, dan sungguh-sungguh. Pengurus dan anggota bukan sekedar ngiring raos dan milu ngeunah dalam keberhasilan PP, sementara dirinya tidak bisa memberikan sumbangsih yang nyata, embung cape, neumbleuhkeun ka batur, dan takut mengambil resiko.
PRAKTIK PELATIHAN
Untuk menghasilkan pengurus dan anggota yang militan itu harus dibuat sistem pasamoan (pertemuan rutin) yang berjenjang.
Sebelum menentukan pertemuan rutin, baik untuk pengurus maupun anggota, perlu diketahui tingkat pengetahuan mereka mengenai PP dan tujuannya. Mereka bisa dipilah-pilah sebagai berikut:
- Tidak punya pengetahuan sama sekali (bolostrong).
- Memiliki sedikit pengetahuan dari pergaulan, mendengar dari kiri-kanan, atau dari bacaan, tetapi belum cukup memahami PP dan tujuannya.
- Memiliki pengetahuan yang cukup dan berwawasan, yang semacam ini tinggal menunjukkan jalan dan harus ke mana dan bagaimana sebagai pengurus atau anggota.
- Memiliki militansi untuk mengabdi di dalam PP karena keberadaan dan tujuan PP sesuai dengan cita-citanya.
Dengan data yang jelas mengenai peserta pelatihan, dapat disusun jadwal sesuai kebutuhan, misalnya:
Volume : Sekali dalam seminggu
Waktu : Dua jam (20.00-22.00 WIB)
Pemateri : Dua orang, satu materi oleh satu orang.
Materi :1) Keorganisasian, 2) Tujuan organisasi (Aspek Politik), 3) Sosial, 4) Pendidikan, 5) Ekonomi, 6) Persoalan kebangsaan.
Dari pertemuan yang terjadwal ini, akan terlihat minat masing-masing pengurus dan anggota sehingga bisa dibagi bagi siapa saja yang berminat terhadap politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Setelah berjalan baik di tingkat pusat, sistem kaderisasi ini bisa diadopsi di tingkat cabang dan anak cabang atau di lembaga/unit yang ada di lingkungan PP.
Rutinitas ini akan membuat pengurus dan anggota Paguyuban Pasundan memiliki rasa percaya diri yang kuat yang akan diartikeulasikan menjadi tindakan-tindakan yang lugas dan tegas di tengah masyarakat. Artikeulasi mereka dalam kesehariannya mengelola perkumpulan adalah kerja, kerja, dan kerja. Sebaliknya, jika ada orang yang sudah lama menjadi pengurus dan anggota PP tetapi masih pada tingkat bolostrong dalam pengetahuan tentang PP dan tujuannya, maka bisa dipastikan ada yang salah dalam pengelolaan dan sistem kaderisasi PP. (han)












