
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan (Komponen Kesempurnaan Manusia, dalam buku Mengenal Kesempurnaan Manusia)
WWW.PASJABAR.COM – Allah Swt berfirman: “Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan lautan, dan Kami telah memberikan rezeki yang baik kepada mereka, dan Kami telah lebihkan mereka di antara makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra [17]: 70)
Berdasarkan ayat tersebut, semua manusia semestinya dapat meraih kehidupan yang sukses dan bahagia. Namun kenyataannya, tidak selalu demikian. Seorang pejabat dengan jabatan tinggi atau ilmuwan dengan ilmu luas belum tentu menemukan kebahagiaan hakiki.
Permasalahan ini terletak pada dua hal penting yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu jasad (raga) dan hati (qalb). Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda:
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari, no. 52; Muslim, no. 1599).
Hadis ini menegaskan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan manusia tidak hanya bergantung pada fisik, melainkan sangat ditentukan oleh kondisi hati.
Qalb dalam bahasa Arab memiliki dua arti. Secara fisik, ia berarti jantung. Secara metafisik, qalb adalah karunia Tuhan yang lembut (lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan, yang merupakan hakikat kemanusiaan.
Kondisi hati dapat memengaruhi kesehatan raga, sehingga benar adanya bahwa pikiran dan suasana hati memengaruhi tubuh.
Di era digital yang serba cepat, dominasi hati lebih diperlukan dibanding dominasi otak. Sebab otak, dengan segala kecerdasannya, tetap memiliki sisi negatif seperti berdusta atau mencuri. Sementara hati cenderung membawa pada kejujuran dan keseimbangan.
Sayangnya, di Indonesia ukuran kecerdasan masih bertumpu pada IQ (Intelligence Quotient). Padahal penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan manusia lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ).
Berikut komponen kesempurnaan manusia menurut para ulama:
-
IQ (Intelligence Quotient)
Kecerdasan intelektual untuk memahami, mencermati, memecahkan masalah, dan berpikir. Akal menjadi sarana kemajuan manusia. Salah satu bentuknya adalah berpikir kreatif, yang tidak hanya menghasilkan gagasan abstrak, tetapi juga rencana matang dan tindakan nyata. -
EQ (Emotional Quotient)
Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan mengelola emosi, seperti marah, sedih, takut, cinta, maupun senang. IQ tinggi tanpa EQ tidak akan banyak membantu. EO diperlukan untuk kejujuran, empati, dan hubungan yang sehat. -
SQ (Spiritual Quotient)
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan jiwa yang berkaitan dengan nilai ketuhanan. SQ menuntun manusia untuk menjadikan kesulitan sebagai pendidikan spiritual, mematangkan jiwa, dan menemukan makna hidup. Pengembangan SQ memerlukan langkah-langkah seperti merenung, berkomitmen untuk berubah, mengenali diri, mengatasi hambatan, berdisiplin, dan menjalani hidup dengan penuh makna. -
Ikhlas Beramal
Keberhasilan manusia juga ditentukan oleh keikhlasan. Ikhlas bukan hanya ucapan, melainkan perasaan terdalam yang membuat seseorang pasrah kepada Allah. Dengan ikhlas, doa dan usaha selaras dengan kehendak Allah, sehingga manusia dapat menjalani hidup dengan keyakinan. -
Pengendalian Nafsu
Nafsu merupakan musuh besar manusia. Ia bisa lebih berbahaya daripada setan, karena menjadi pangkal segala bencana. Para ulama mengingatkan bahwa banyak makan, minum, dan memanjakan diri dapat melemahkan hati. Sebaliknya, mengendalikan nafsu melalui lapar, puasa, dan kesederhanaan dapat menyucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. (han)












