BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Dinas Kesehatan mencatat ada 91 anak di Kota Bandung mengalami gangguan kejiwaan dalam kurun Januari-Juli 2019.
Hal ini menjadi potret miris tersendiri. Tapi, seperti apa sih gejala gangguan jiwa pada anak? Anda perlu mengetahuinya agar anak bisa segera mendapat penanganan jika diketahui mengalami gangguan jiwa.
Psikolog Klinis RSKIA Kota Bandung Dwi Edriyanti mengatakan salah satu pemicu anak mengalami gangguan kejiwaan adalah kecanduan gawai alias gadget. Saat kecanduan dan mengalami gangguan kejiwaan, dampak negatifnya akan terlihat.
“Biasanya anak akan mulai memiliki tingkah laku tak ingin dilarang. Tindakannya destruktif, bisa menyerang, memukul, atau menggulingkan badan (jika dilarang menggunakan gawai),” kata Dwi.
Berikutnya, anak cenderung lebih agresif dan emosional. Bahkan, anak cenderung menjadi pembangkang dan tak mau menuruti apa kata orang tua.
Selain itu, ada dampak lain yang dirasakan. Anak akan kehilangan gairah untuk bersosialisasi dengan anak lain atau lingkungan sekitar. Itu karena anak sulit berkomunikasi dengan orang lain akibat terlalu lama bergaul dengan gawai.
Dalam kasus tertentu, badan anak juga akan mengalami pegal-pegal saat bangun tidur. Padahal, tidur adalah waktu untuk beristirahat. Tapi, setelah bangun justru anak merasa lelah dan pegal-pegal seperti baru beraktivitas berat.
Tumbuh kembang anak juga terancam terganggu saat kecanduan gawai. Sebab, anak akan anteng alias lebih banyak menghabiskan waktunya bersama gawai.
Bahkan, bagi anak di bawah usia 2 tahun yang sudah kecanduan gawai, terlambatnya kemampuan berjalan dan berbicara menjadi ancaman nyata. Kondisi itu akan semakin parah jika orang tua jarang mengajak anak beraktivitas fisik dan berkomunikasi.
“Kenapa ada anak yang belum bisa (terlambat) berjalan dan bicara. Itu karena anak dibiarkan lama dengan gadget,” jelas Dwi.
Ia pun mengimbau para orang tua agar lebih bertanggung jawab dalam mengasuh anak. Jangan sampai anak lebih banyak ‘dikuasai’ gawai. Sehingga, pembatasan gawai untuk anak sangat penting dilakukan.
Masalahnya, ada orang tua yang tak mau diganggu. Sehingga, anaknya dibiarkan anteng bermain gawai. Padahal, tanpa disadari, hal itu justru berdampak buruk dalam jangka pendek maupun panjang. Saat anak kecanduan gawai dan terlihat dampak negatifnya, orang tua baru akan menyesal. (ors)