BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Fakultas Filsafat UNPAR kembali akan menyelenggarakan Extension Course Filsafat (ECF) dengan mengusung tema Future Studies yang akan diadakan setiap Jumat, 28 Februari hingga 15 Mei 2020 Pukul 18.30 – 20.30 WIB di Kampus Fakultas Filsafat UNPAR, Lantai 1 Jl. Nias 2, Bandung.
Panitia acara, Dr. Y. Slamet Purwadi, S.Ag., MA mengungkapkan bahwa Lewat topik ECF kali ini, panitia mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dengan isu dan wacana kekinian saja.
“Orang-orang umumnya cenderung berkutat dengan wacana kekinian, tentang isu politik, sosial maupun topik-topik menarik yang tengah update. Sehingga hidup adalah hidup dalam kesekarangan atau nowness, life is today Itulah kondisi yang cukup menonjol hari-hari ini, Topik Future Studies mencoba untuk menarik kesadaran kita semua tentang bagaimana hubungan kemanusiaan kita dan masa depan yang terbuka, bagaimana kemanusiaan dipertaruhkan dalam ranah kemungkinan-kemungkinan, Maka gagasan masa depan bukan hanya soal besok atau sepuluh tahun lagi, bukan perkara waktu saja, tetapi terlebih ia adalah pendorong peradaban ini,” paparnya.
Secara akademis, Future Studies atau kajian masa depan adalah kajian sistematik tentang alternatif masa depan yang mungkin. Kajian ini melibatkan bidang indisipliner, termasuk pandangan dunia dan mitos tentang masa depan. Misalnya, idealisme Platonik, bahwa pemikiran tentang masa depan sebetulnya berakar pada dunia ide yang tanpa batas. filsafat proses, bagaimana mendudukkan peristiwa dan kehidupan dalam proses evolutif. kajian tentang masa depan digital dan dampaknya bagi kemanusiaan dan peradaban, Artificial Intelligence (AI) dan masa depan pendidikan serta beberapa trend-trend besar yang akan mewarnai peradaban manusia ke depan dan lainnya.
“Hal yang pasti adalah masa depan merupakan pendorong peradaban, merangsang pikiran brilian untuk tampil, menembus penghalang dan keterbatasan kodrati manusia. Dengan topik Future Studies, urgensinya terletak pada upaya mendekati masa depan bukan terutama untuk mencari kepastian, dan rasa aman menghadapi masa depan itu, melainkan lebih memperluas horison makna kemanusiaan kita dalam jagad ruang dan waktu yang terus bergulir. Ringkasnya, bagaimana masa depan mendefinisikan kemanusiaan kita,” tandasnya.
Slamet juga menambahkan bahwa karena kajian ini melingkupi filsafat, maka area pemikirannya bersifat reflektif. Karena itu, diharapkan para peserta mampu memahami sebuah horizon kemanusiaan dimana kemanusiaan ditempatkan dalam konteks pelbagai perspektif masa depan lewat pendekatan interdisipliner.
“Diharapkan peserta ECF mempunyai wacana dan cara pandang baru mengenai masa depan dari sudut pandang interdisipliner tersebut dan apapun kemungkinan bentuk masa depan, ia harus berpusat pada nilai kemanusiaan,” terangnya.
Adapun target dari kegiatan ECF adalah pegiat sosial, akademisi yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan guru, tenaga professional, pelaku budaya dan seni dan masyarakat umum yang mempunyai ketertarikan pada wacana filsafat.
“Karena itu kursus ini cocok untuk mereka yang mau memperluas horizon intelektual di bidang sosial, budaya dan filsafat. ECF ini juga bisa dijadikan wadah bagi mereka yang tertantang memahami dan menganalisis arus zaman secara kritis,” ulasnya.
Slamet juga berkata bahwa dari tahun ke tahun, antusiasme peserta terbilang cukup tinggi dan biasanya di pertemuan terakhir, panitia mengadakan evaluasi untuk mengetahui kesan dan masukan dari peserta serta saran topik menarik apa yang diangkat di ECF selanjutnya.
“Kami berharap bahwa peserta akan menjadi pembawa pencerahan di tengah masyarakat dengan mindset yang lebih fresh, luas dan mendalam. Menjadi pribadi-pribadi yang kritis, mampu berjarak dengan jaman, mampu berpikir mandiri serta mendukung ide-ide toleransi, pluralisme dan kebangsaan. Karena keterbatasan SDM dan institusional, maka selama ini tidak ada follow up kegiatan. Namun, setidaknya kegiatan ECF menumbuhkan jejaring sosial dengan wacana filosofis di medsos seperti misalnya di Facebook,” jelasnya.
Terakhir, Slamet juga berkata bahwa kegiatan ECF ini adalah bentuk komitmen Fakultas Filsafat Unpar untuk mencerdaskan bangsa. Di bawah Tri Darma Perguruan Tinggi, Fakultas Filsafat Unpar telah lebih dari 10 tahun mewujudkan aspek pengabdian masyarakat dengan meningkatkan taraf intelektual masyarakat melalui wacana filsafat. (Tan)