BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Siapa pelopor disinfektan dan cuci tangan dengan sabun, yang menjadi salah satu penghalang perkembangan virus, adalah Ignaz Semmelweis seorang dokter asal Jerman.
Untuk mengenang dr Ignaz, Google Doodle hari ini, Jumat (20/3/2020), memperkenalkan sosoknya dalam animasi google doodle.
Dr. Ignaz Semmelweis, atau Ignaz Philipp Semmelweis lahir pada 1 Juli 1818 – 13 Agustus 1865, beli adalah adalah seorang dokter Hongaria berketurunan Jerman.[2] Ia dikenal sebagai pelopor prosedur antiseptik.
Seperti dikutip dari Wikipedia, ia dijuluki sebagai “penyelamat ibu-ibu” karena ia telah menemukan bahwa kemungkinan terjadinya demam puerperal, demam tersebut lebih dikenal dengan infeksi bakteri yang menyerang saluran reproduksi perempuan setelah terjadinya kelahiran atau keguguran. Gejalanya biasanya adalah demam yang lebih tinggi dari 38,0 °C, sakit perut, dan keluaran cairan vagina yang berbau tidak sedap.
Demam puerperal dapat dikurangi secara drastis dengan melakukan disinfeksi tangan di klinik obstetri. Demam puerperal sering terjadi di rumah sakit pada pertengahan abad ke-19 dan seringkali berakibat fatal. Semmelweis mengusulkan agar dokter mencuci tangan dengan larutan kapur yang terklorinasi.
Usulan ini dikemukakan pada tahun 1847 saat ia bekerja di Klinik Obstetri Pertama Rumah Sakit Umum Wina karena di situ tingkat kematian di bangsal dokter tiga kali lebih tinggi daripada tingkat kematian di bangsal bidan. Ia menulis sebuah buku mengenai penemuannya yang berjudul Die Ätiologie, der Begriff und die Prophylaxe des Kindbettfiebers (Etiologi, Konsep dan Profilaksis Demam Puerperal).
Walaupun telah menerbitkan hasil yang menunjukkan bahwa disinfeksi tangan mengurangi tingkat kematian hingga di bawah 1%, pengamatan Semmelweis bertentangan dengan pendapat medis yang diterima pada saat itu, sehingga komunitas kedokteran menolak gagasan ini.
Semmelweis tidak dapat menjelaskan secara ilmiah mengapa penemuannya bisa menurunkan tingkat kematian, dan beberapa dokter merasa tersinggung dengan usulan agar mereka mencuci tangan terlebih dahulu.
Praktik Semmelweis baru diterima secara luas setelah ia meninggal, terutama setelah Louis Pasteur berhasil membuktikan kebenaran teori kuman dan setelah Joseph Lister melakukan operasi dengan metode higenis dan sangat berhasil.
Semenjak tahun 1861, Semmelweis mengalami gangguan-gangguan kejiwaan. Ia juga mengalami depresi dan sering melamun. Pada pertengahan tahun 1865, perilakunya mulai mengesalkan dan mempermalukan rekan-rekannya, dan ia juga mulai mabuk-mabukan. Akibatnya, pada tahun yang sama, Semmelweis dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Di situ ia meninggal dunia akibat piaemia pada umur 47 tahun setelah dipukuli hingga mati oleh para penjaganya 14 hari setelah ia dimasukkan ke institusi tersebut. (*/google)