BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap hasil analisa terhadap peristiwa banjir bandang di Sukabumi. Apa hasilnya?
Sejauh ini, peristiwa itu mengakibatkan dua warga meninggal dunia. Selain itu, satu orang masih dalam proses pencarian. Secara umum, peristiwa itu berdampak pada 176 KK atau sekitar 525 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 78 jiwa terpaksa mengungsi.
BNPB juga mencatat 127 rumah yang tersebar di 11 desa terdampak. Rinciannya, 34 unit rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan. Lalu, apa yang menyebabkan banjir bandang cukup parah di sana?
“Berdasarkan analisa sementara yang dihimpun Pusdalops BNPB, wilayah kejadian banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yakni Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong,” kata Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati, Rabu (23/9/2020).
Dari hasil monitoring, kawasan tersebut juga merupakan daerah dengan indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang. Sehingga, secara gepgrafis wilayah tersebut memang dikategorikan rawan.
Di sisi lain, berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE), dalam 24 jam terakhir sebelum kejadian, di wilayah utara Sukabumi mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga 120 mm. Akibatnya, massa air di daerah hulu menjadi semakin besar.
Di saat yang sama, kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi, menyebabkan potensi terbentuk bendung alami. Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, bendung alami itu mengakibatkan limpasan air dan lumpur dalam jumlah besar dan cepat. Saat itulah terjadi banjir bandang.
Apalagi, di lokasi kemungkinan terjadi akumulasi hujan dalam 24 jam terakhir sebelum kejadian. Seluruh air hujan tertamping di daerah hulu, kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami.
“Dari hasil analisa tersebut, kesimpulan yang didapat bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir bandang,” jelas Raditya. (ors)