BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Raden Muhamad Samsudin Dajat Hadjakusumah atau lebih dikenal oleh masyarakat Sam Bimbo, menerima Gelar Kehormatan dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) bersamaan dengan Sidang Terbuka Peringatan 101 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI).
Penganugerahkan Gelar Honoris Causa (HC) diberikan langsung oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. kepada Sam Bimbo melalui siaran daring di Aula Barat ITB pada Sabtu (3/7/2021).
Sam Bimbo diberikan penghargaan karena prestasi dan reputasi Sam Bimbo dalam pengembangan karya seni lukis dan seni musik melalui pendekatan berbasis religi.
“Karya nyata Sam Bimbo yang mengandung nilai inovatif terbukti bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, bagi perkembangan nilai keagamaan, kebudayaan bangsa, dan kemanusiaan; bagi ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni,” terang Ketua Tim Promotor Prof. Dr. Setiawan Sabana tentang dasar pemberian Doctor Honoris Causa tersebut, dalam siaran persnya, Minggu (4/7/2021).
Prestasi dan prestise Sam Bimbo dalam seni lukis terbukti dari pameran-pameran yang pernah diselenggarakannya. Dia punya pengalaman menggelar pameran tunggal di Indonesia (1970, 1992, dan 2007) dan Bangkok (1971). Sam Bimbo juga sempat menggelar pameran bersama di Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Jakarta pada 1995—2005.
Lukisan Sam Bimbo eksis di mana-mana. Beberapa di antaranya dipajang di Kedutaan Indonesia di Bangkok, Gedung Parlemen Indonesia, Singapura, dan Jepang. Dalam beberapa lukisannya, banyak digunakan simbol-simbol bermakna religiositas yang menunjukkan spirit Sam Bimbo.
Sam Bimbo juga eksis di bidang seni musik. Sebagai konseptor utama, hampir seluruh lagunya bersama grup musik Bimbo menjadi karya yang melintasi zaman dan generasi. Tema seni musiknya memiliki kesamaan dengan tema lukisannya, yaitu melukiskan dan mendendangkan tema-tema kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, kegelisahan sebagai seniman dalam menghadapi proses perubahan zaman, dan sikapnya dalam bentuk ekspresi personal yang diwujudkan dalam karya seni untuk mengagungkan Maha Pencipta.
Lebih dari 50 tahun berkarya, Sam Bimbo telah menghasilkan sekitar 800 lagu dalam 200 album. Dia juga telah menyabet 12 piringan emas, Lifetime Achievement Award dari NET 4.0 Indonesian Choice Awards 2017, dan Legend Award dari Anugerah Musik Indonesia. Presiden Joko Widodo bahkan sempat mengapresiasi grup musiknya dengan meluncurkan perangko bergambar Bimbo.
Sam Bimbo juga ikut memberi warna pada bidang-bidang seni yang lebih luas, seperti seni rupa, film, sinetron, teater, dan televisi. Kehidupan sosial-budaya menerima dampak positif dari kehadirannya.
“Karya-karya yang dihasilkan kandidat tidak saja membanggakan yang bersangkutan sebagai seniman, tetapi juga bagi alumni, ITB, dan bangsa, serta keteladanannya patut menjadi contoh yang sangat baik untuk berbagai profesi,” kata tim promotor.
Di samping itu, Sam Bimbo turut berjuang melawan pembajakan karya yang sangat merugikan seniman, industri, dan pemerintah. Kegigihannya melawan pembajak karya telah berlangsung lama dan menghasilkan Undang-Undang Hak Cipta yang sangat penting artinya bagi industri musik. UU Hak Cipta dapat membantu kelangsungan proses berkarya para musisi di Indonesia.
Sementara itu, Sam Bimbo dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Cinta Tanah Air 5.0” menyampaikan manifestasi cintanya sebagai pribadi sekaligus kancah profesi kepada bangsa ini. Sam Bimbo membagi Cinta Tanah Air 5.0 ke dalam lima hal, yaitu: cinta keluarga, cinta seni lukis, cinta musik pop religi, cinta dalam kemanusiaan, dan cinta kepada Ilahi.
Pelantun “Sajadah Panjang” itu mengaku belajar banyak tentang sikap hidup, budaya, wawasan, dan kasih sayang yang ikhlas dari keluarga. Aliran darah seni yang dimilikinya juga bermula dari keluarga. “Hal terpenting yang dibangun dalam keluarga adalah kesadaran cinta kita diikat oleh tali persaudaraan dengan doa sebagai perekatnya, khususnya doa bapak dan restu ibu,” ujarnya.
Sementara itu, bagi Sam Bimbo, seni merupakan wujud cinta terhadap keindahan. Dia mengenang kembali saat-saat dirinya menjadi mahasiswa. Gurunya, Prof. A. D. Pirous, mengajarkannya untuk bersabar dalam proses belajar. Dia diingatkan bahwa Seni Rupa ITB bukanlah sanggar seni yang mencetak seniman, melainkan institusi pendidikan yang melahirkan Sarjana dan Ahli Seni. (*/tie)












